3 Hal dalam merencanakan dana pendidikan anak

3 Hal dalam merencanakan dana pendidikan anak
Anak adalah titipak Tuhan yang paling berharga, jadi orang tua berkewajiban memberikan pendidikan yang terbaik. Oleh karenanya,  orang tua perlu memikirkan dan mempersiapkan  sejak dini dana pendidikan anak. Dana pendidikan anak kesannya memang penting enggak penting. Tetapi, kalau melihat kondisi di indonesia, mempersiapkan dana pendidikan menjadi penting, karena inflasi atau kenaikan biaya sekolah cukup tinggi setiap tahunnya, terutama sekolah-sekoha swasta favorit.

Bisa dibilang, biaya pendidikan selalu naik setiap tahun, meski ada sekolah tertentu yang kenaikannya setiap 3 tahun sekali. Kenaikan biaya sekolah sekitar 10-15 persen pertahun. Sehingga orang tua harus pintar, dalam arti mempersiapkan dananya jauh-jauh hari sebelum anak mulai sekolah, bahkan ketika anak belum lahir.

Setiap orang tua pasti punya keinginan memasukan anaknya ke sekolah yang memiliki kualitas bagus, dan iasanya biayanya tidak murah. Fakta dan pengalaman juga menunjukan, banyak orangtua yang baru sibuk menyiapkan dana sekolah menjelang anak masuk sekolah. Bagi orangtua yang pengusaha bisa jadi tidak masalah, tetapi bagi orangtua yang sumber pendapatannya dari gaji tetap tentu agak sulit. Akibatnya, karena tidak punya dana, anak-anak tidak bisa dimasukan ke sekolah yang bagus.

1. Cari Data Dulu
Mempersiapkan dana pendidikan anak jauh-jauh hari lebih baik, berarti waktu untuk berinvestasi semakin panjang. Jarak yang panjang ini akan mengurangi resiko, selain itu investasi yang dilakukan pun jadi lebih murah dibandi8ngkan jika mendadak. Misalnya, untuk masuk SD yang dikehendaki, dibutuhkan uang 50 juta. Kalau sudah disiapkan sejak anak berusia setahun misalnya, berarti orangtua punya waktu 6 tahun untuk berinvestasi. Uang yang dikeluarkan untuk berinvestasi pun tidak langsung  Rp 50 juta, tapi cukup setengahnya, misalnya.

Sebelum mulai menyiapkan dana pendidikan anak, orangtua harus tahu lebih dulu mau memasukan anak ke sekolah mana, dari playgroup sampai kuliah. Sehingga mereka punya gambaran berapa biaya yang harus dikeluarkan ketika anak mau masuk ke sekolah tersebut kelak. Setelah mengetahui berapa biaya yang dibutuhkan, jumlah dana yang dibutuhkan untuk berinvestasi pun akan diketahui.

Orang tua harus mencari tahu berapa biaya sekolah saat ini di sekolah yang diincar, berapa kenaikan biaya sekolah (inflasi), sehingga bisa dihitung, ketika anak mulai masuk ke sekolah tersebut, berapa kira-kira kenaikan biayanya. Biaya saat ini pasti berbeda dengan biaya pendidkkan kelak ketika anak anda masuk sekolah. Setelah itu, perhitungan kira-kira berapa investasi yang harus disiapkan dan berapa yang harus ditabung.

2. Sesuai Profil Risiko
Instrumen atau produk investasi untuk mempersiapkan dana  pendidikan anak ada beragam. Produk investasi sebaiknya disesuaikan dengan karakter profil risiko masing-masing orangtua, apakah termasuk yang konservatif, moderat atau agresif. Sebaiknya konsultasikan dengan perencana keuangan atau yang lebih tahu sehingga tepat dalam merencanakan dana pendidikan.

Untuk investasi dana pendidikan jangka panjang, di atas 5 tahun, bisa memilih investasi yang agresif, seperti saham atau reksadana saham. Kalau kurang dari 5 tahun, antara 3-5 tahun, bisa memilih produk reksadana campuran, reksadana tetap, atau logam mulia. Akan tetapi, kalau jangka waktunya kurang dari 2 tahun, sebaiknya pilih produk yang konservatif yang risikonya rendah, seperti deposito atau tabungan.

3. Hati-hati Asuransi
Banyak orangtua yang belum mengerti investasi, lalu salah menempatkannya dalam bentuk seperti tabungan dana pendidikan. Padahal, jika waktu investasinya lebih dari 2 tahun, sebaiknya dana tidak dimasukan ke tabungan dana pendidikan yang return atau bunganya rendah.

Selain itu, jangan terjebak asuransi pendidikan. Jadi, yang diasuransikan adalah anak, bukan uangnya. Kalau niatnya adalah untuk berinvestasi mempersiapkan dana pendidikan anak, sebaiknya di produk keuangan langsung, jangan di produk asuransi, karena masih ada persentase yang harus dibayar untuk asuransinya.

Mengilustrasikan, menabung Rp 1 juta dan ikut asuransi pendidikan dengan premi Rp 1 juta perbulan, bisa jadi jumlah total uang yang didapatkan akan berbeda. Asuransi pendidikan lebih kecil. Bisa jadi orangtua tetap masih harus nombok. Asuransi adalah untuk proteksi. Padahal, kalau bicara anak-anak, lebih baik ikut asuransi kesehatan anak.

Komentar