Misteri suara aneh di sekitar museum wayang

Misteri suara aneh di sekitar museum wayang

Gedung tua peninggalan Belanda yang terletak di ruas Jalan Pintu Besar Utara No. 27, Jakarta Barat, dan kini dimanfaatkan sebagai Museum Wayang, diresmikan oleh gubernur  Ali Sadikin pada tanggal 13 Agustus 1975. Dan sebelumnya, gedung tua ini lebih dikenal dengan sebutan Museum Batavia, yang dibuka pada tahun 1939 oleh Gubernur Jenderal Belanda yang terakhir, yaitu Tjarda van Starkenborgh Stachhouwer. Sementara bagian depan dari Museum ini dibangun dengan gaya neo Renaissance pada tahun 1912, sedang pada tahun 1938, seluruh bagian gedung ini dipugar dan disesuaikan dengan gaya rumah belanda pada zaman Kompeni.

Banyak kalangan yang sering menyebut bahwa Museum ini sebagai bekas gereja Belanda dari abad ke 18, padahal sebenarnya keliru. mungkin hanya karena kebetulan. Museum Wayang berdiri di atas sebidang tanah bekas gereja Belanda Baru atau Nieuwe Hollandse Kerk (1736). Sementara Oude Hollandse Kerk atau gereja Belanda lama juga pernah berdiri di atas tanah yang sama antara tahun 1640 hingga 1732. Namun akibat gempa, banguna gereja Belanda baru itu rusak dan bangunlah gedung yang sekarang ini menjadi Museum Wayang.

Sesuai dengan namanya, belakangan Museum ini dipakai sebagai tempat untuk menyimpan serta mengoleksi bermacam-macam bentuk serta model Wayang. Hingga kini, jumlah koleski yang dimiliki, baik berupa hibah, sumbangan dan titipan telah mencapai 5.147 buah. Koleksi dari berbagai daerah di indonesia yang disimpan di sini antara lain dari Jawa, Sunda, Bali, Lombol, dan Sumatera. Sementara koleksi dari luar negeri meliputi kelantan Malaysia, Suriname, Perancis, Kamboja, India, Pakistan, Vietnam, Inggris, Amerika, Cina, dan Thailand.

Jika ditinjau dari etimologi, kata wayang berasal dari kata bayang-bayang. Memang, pada awalnya wayang berfungsi sebagai sarana atau alat perantara untuk berhubungan dengan roh leluhur atau nenek moyang. Sedangkan yang menjadi peantaranya dikenal dengan sebutan Dalang. Namun demikian pada akhirnya mengalami perkembangan makna menjadi permainan bayang-bayang yang mempergunakan alat berupa boneka, danberubah menjadi bermacam-macam bentuk wayang yang berfungsi sebagai hiburan, sarana pendidikan, ajaran moral serta media informasi.

Dan sebagaimana yang kita ketahui, kini wayang ternyata telah menjadi lahan bisnis yang teramat menjanjikan. Sudah barang tentu, itu semua terjadi karena kepaiawaian sang Dalang. Misalnya, KH. Anom Suroto, Ki Manteb Sudarsono, Enthus Susmono, Ki Timbul Hadi Prayitno serta para dalang lainnya yang mengais rezeki dari keandalannya dalam memainkan wayang.

Sebagai bangunan tua, maka tidaklah mengherankan jika Museum Wayang nampak terkesan angker. Apalagi jika di malam hari. Bahkan pada malam-malam tertentu, banyak yang penah mendengar di sekitar Museum Wayang sering terdengar suara-suara aneh. Salah satu di antaranya adalah derap sepatu para sedadu yang sedang berbaris.

Hal ini tidaklah mengherankan. Pada zamannya, di depan Museum Wayang dipakai sebagai lokasi pemakaman para petinggi Belanda. Dan jangan lupa, sebelum dipindahkan dari gedung Standhuis, makam Jan Pieterszonn Coen juga berada di lokasi pemakaman ini. Tempat ini setelah dipindahkan dari gedung Standhius. Dan karena perkembangan zaman yang demikian cepat , bahkan kelewatan cepat, kini halam Museum menjadi ruas jalan raya yang cukup besar dan selalu macet. Sedangkan tepat diseberangnya, terdapat sebuah halaman yang lumayan luas dan sekaligus merupakan halaman depan Museum Batavia.

Pak Darsono, salah seorang pedagang minuman yang mangkal di depan Museum menyatakan ," Jika malam, tempat ini sangat menyeramkan. Selain banyak bencong (waria-red) dan premannya, tempat ini juga angker. Banyak hantunya!"

"Terkadang, tampak ada kelebat bayangan orang yang sedang berjalan mondar-mandir. Tetapi setelah diperhatikan dengan seksama, bayangan itu hilang dengan sendirinya," imbuhnya bersemangat.

Berbeda dengan yang dialami oleh Kang Madi. Beberapa minggu yang lalu, sebagaimana biasa ia berjualan sate di depan Museum Wayang. Dan kala itu, hujan baru saja reda. Sudah barang tentu, suasana malam itu terasa sepi dan mencekam. Sambil menunggu datangnya para pembeli, ia pun duduk-duduk di bangku taman yang terdapat di halaman Museum. Semilir angin dan hawa dingin yang menusuk tulang, membuat dirinya menjadi ngantuk. Tanpa sadar, ia pun tertidur. Antara sadar dan tidak, ia mendengar derap sepatu serdadu yang tengah berbaris dengan menggunakan aba-aba yang tak dimengertinya. kang Madi mencoba mengingat-ingat. Ternyata, aba-aba itu menggunakan bahasa belanda, gumamnya dalam hati.

Pikirannya dengan cepat bekerja. "Tetapi, apakah mungkin di malam-malam begini ada serdadu belanda yang datang kesini?' Tanya dalam hati. Dan karena penasaran, ia pun segera membuka matanya. Tetapi apakah yang terjadi? Suasana disekitar tetap saja sama, sepi. Bahkan tak ada seorang pun yang lewat atau mendekatinya. Kalau begitu, suara apakah tadi? Seiring dengan lenyapnya pertanyaan yang muncul di dalam hati, bulu kuduk Kang Madi pun langsung meremang. Dengan serta-merta dan ketakutan yang teramat sangat, ia pun langsung mendorong gerobak satenya menjauh dari tempat itu.

Jika di titik dari kacamata batin, keangkeran daerah itu cukuplah wajar. Pasalnya, di dalam Museum Wayang terdapat koleksi benda-benda kuno yang bernilai sejarah dan sekaligus memiliki nuansa magis. Apakah itu berupa wayang ataupun prasasti peringatan dari salah seorang pemberontak bangsa asing. Di samping itu, pada masa lalu, area di depan Museum Wayang yang sekarang, pernah dipergunakan sebagai lokasi pemakaman para petinggi Belanda. Dan tak berhenti hanya sampai di situ, di depan Museum Wayang juga terdapat penjara bawah tanah yang pernah menyekap salah seorang pahlawan bangsa yang mempunyai istri seorang noni Belanda, Untung Surapati dan para sahabatnya.

Yang jelas, aura dari mereka-mereka yang telah berpulang, terkadang masih melekat dengan kuat di mana awal mereka di makamkan. Demikianlah kata orang tua. Tetapi, terlepas dari alasan atau apapun namanya, banyak orang yang pernah mengalami berbagai hal aneh di sekitar Museum Wayang yang diapit denga ketat oleh berbagai bangunan-bangunan tua peninggalan masa lalu.

Komentar