Cara pengobatan penyakit phthisis dengan air

Cara pengobatan penyakit phthisis dengan air
Penyakit tersebut adalah sebagai jalan dari penemuan terapi seperti ini, yaitu pengobatan dengan air, sebab orang yang pertama kali menemukan pengobatan dengan air ini, adalah Pendeta Dumnikani, yang terkenal dengan nama Kneb. Dia telah disembuhkan dari penyakit phthisis sesudah segala upaya dari berbagai dokter telah banyak dilakukan. Ternyata, banyak dokter yang sudah menyatakan angkat tangan. Akan tetapi, dengan upaya Tuan Kneb, ternyata penyakit tersebut dapat disembuhkan, yaitu dia selalu merendamkan badannya di Sungai Danub yang amat dingin.

Pada masa sekarang, penyakit phthisis tersebut dianggap sebagai penyakit yang tidak seberapa bahaya, dan memang sudah teratasi atau paling tidak sudah ditemukan pengobatannya, di mana pada waktu dahulu penyakit tersebut dianggap sebagai penyakit yang membawa kematian. Apabila kita telah membahas masalah pengobatan dengan air, maka tidak berarti kita mengesampingkan pengobatan yang lain, yang secara kenyataan pengobatan dengan obat yang lain ini telah banyak meringankan penyakit tersebut, bahkan banyak yang telah bisa disembuhkan.

Pengobatan dengan air ini tiada lain, kecuali sebagai usaha untuk menemnpuh jalan menuju kesembuhan. Dengan demikian, tidak berarti kita akan meninggalkan upaya yang lain. Jadi, dalam mengobati suatu penyakit, hendaklah mengerahkan segala cara dan usaha yang sudah ditemukan oleh ilmu pengetahuan kedokteran. Atas dasar tersebut, di sini kami menerangkan cara pengobatan mengenai penyakit phthissis dengan pengobatan air.

Pada waktu suhu panas badan telah meningkat, maka dianjurkan bagi orang yang sakit, agar menetap di atas tempat tidurnya, dia harus menyendiri di dalam kamar, agar penyakitnya tidak menjalar (menular) ke orang lain. Maka dari itu, mengenai pencucian pakaian dan tempat yang dipakai untuk makan, hendaknya disendirikan.

Apabila perawat ke kamar orang yang menderita sakit phthisis, harus mengenakan pakaian tersendiri, biasanya mereka mengenakan pakaian putih dan jas putih yang menutupi pakaiannya sendiri. Yang nantinya, apabila keluar dari kamar tersebut, hendaklah melepas dan berganti dengan pakaian biasa, sedangkan pakaian yang dipakai tadi, diletakkan disamping pintu kamar tersebut, agar apabila akan memeriksanya lagi, dapat dikenakan dengan mudah.

Setelah itu, perawat harus mmebersihkan tangannya dengan pembersih atau menggunakan air dan sabun. Maka dari itu, orang yang menderita harus melakukan pembalutan di dada dengan pembalut yang sudah dibasahi setiap 3-4 jam, begitu juga daerah perut hingga di atas pangkal pahanya. Apabila orang yang menderita penyakit phthisis mengeluarkan keringat, maka hendaknya dibuatkan pembalut untuk 3/4 badannya, dan hendaklah dibalutkan sepanjang malam sampai pagi hari.

Setelah penaykitnya berkurang, yakni panasnya mulai mereda, maka hendaklah diingat, jangan sampai suhu panasnya melebihi 37,5 derajat Celcius. Bila dalam keadaan demikian, maka orang yang sakit diperbolehkan beranjak dari tempat tidurnya, dan ketika sore, sebaiknya diupayakan agar duduk di atas kursi di bawah pohon yang berdaun rindang atau dibawah naungan sesuatu.

Namun, apabila musim dingin sudah tiba, maka disarankan agar berselimut dengan baik, serta dibawah telapak kakinya diberi kantong yang berisi air hangat untuk menjaga suhu badannya agar tetap hangat. Sedangkan pada waktu pagi, badan orang yang menderita hendaklah selalu diusap dengan ari dingin, walaupun sambil berada di tempat tidurnya, dan apabila akan tidur, badannya di usap lagi sebagaimana pada waktu pagi. Akan tetapi, apabila di waktu siang, maka pengusapan itu dilakukan dua kali.

Demikian pula anggota badannya, sebaiknya dibasuh dengan air dingin, dan dadanya dibalut dengan pembalut yang sudah dibasahi dengan air dingin. Disamping itu, perut dan kedua betisnya juga dibasuh secara bergantian. Sedangkan di musim sangat dingin, harus melakukan merendam kedua tangan dan kakinya dengan air panas dan dingin secara bergantian.

Komentar