Dinamika berpikir positif pada diri kita dan orang lain

Berpikir positif
Berfikir adalah tindakan jiwa untuk menghasilkan pemikiran. Pikiran bisa negatif atau positif. Pikiran positif mengarah pada perilaku pemecahan masalah. Pikiran negatif terungkap dari pembenaran atas kegagalan atau penghindaran dari perilaku pemecahan masalah. Orang yang berfikir negatif disebut seorang pesimis, sedangkan yang berfikir ke arah positif disebut seorang optimis.

Pikiran berada di antara dua ekstrim autistik dan realistik. Pikiran autistik disetir terutama oleh kebutuhan, keinginan, dan perasaan anda sendiri, sedangkan pikiran realistik dilandaskan terutama pada kebutuhan situasi yang objektif. Pikiran autistik mungkin sering kali dimanjakan oleh pemuasan diri tanpa mempertimbangkan kenyataan. Tipe pikiran semacam ini adalah model pemikiran yang lebih primitif, ciri khas alam ketidaksadaran. Tipe pikiran ini mewujud paling jelas dalam mimpi, tetapi diduga juga hadir sebagai perasaan terpendam pada saat terjaga.

Pikiran-pikiran campur aduk pada orang yang mentalnya bermasalah dan pada orang normal, serta orang yang berada di bawah pengaruh obat-obatan tertentu menggambarkan aktivitas ini: gagasan dipandu semata-mata oleh hasrat untuk pemenuhan keinginan yang segera tanpa memerhatikan logika, moral, urutan waktu, hubungan sebab akibat, atau tuntutan realitas luar. Berfikir pada tingkat ini mematuhi prinsip kesenangan (reality principle) pencarian kesenangan dan penghindaran rasa sakit. Keraguan, ketidakpastian dan kontradiksi tidak mendapat tempat dalam pemikiran autistik.

Sebaliknya, pemikiran realistik cenderung produktif ditujukan pada tindakan atau solusi masalah. Tipe pemikiran ini adalah ciri khas alam prasadar dan alam kesadaran. Berfikir pada tingkat ini mematuhi prinsip realitas pengaturan dan pengendalian perilaku menurut tuntutan dunia luar. Adanya antisipasi atas kemungkinan perubahan dalam lingkungan dan atas konsekuensi dari suatu tindakan meningkatkan kemampuan untuk menunda kesenangan dengan meninggalkan pemuasan segera dan menggantinya dengan rencana tindakan jangka panjang yang lebih sesuai dan adaptif.

Untuk dapat memahami landasan dari proses berfikir, kita juga harus mengetahui dinamika perilaku. Perilaku merujuk pada pola reaksi yang mengarah pada tujuan yang dapat diamati secara objektif. Selain itu, perilaku juga merujuk pada proses internal seperti berfikir dan reaksi emosional, yang dapat diamati secara introspektif atau disimpulkan dari perilaku eksternal.

Untuk dapat memahami dan menilai perilaku secara keseluruhan, kita harus memecah seluruh proses itu menjadi berbagi komponen dan membangun hubungan yang jelas di antara komponen-komponen itu. Setelah itu, barulah kita dapat mengevaluasi orang lain dan diri kita sendiri dalam arah yang positif. Pola reaksi yang mengarah pada tujuan, atau perilaku eksternal lain, merupakan hasil akhir dari stimulasi. Stimulasi ini dapat berasal dari sumber eksternal atau internal. Organisme menerima stimulasi dan memberi tanggapan. Tanggapan inilah yang menjadi perilakunya.

Banyak proses yang terlibat dalam keseluruhan mekanisme ini. Mula-mula stimulus diperhatikan dan dikenali, kemudian terjadi persepsi. Banyak aturan dan faktor yang mengatur persepsi. Faktor yang paling penting adalah pengalaman masa lalu kita, antara lain, sikap, kepercayaan, dan nilai-nilai kita. Secara bersama-sama, faktor-faktor itu membentuk persepsi dan kesadaran. Kesadaran berarti pengalaman masa lalu dan masa kini. Jadi, masa lalu dan masa kini keduanya menentukan persepsi kita dan dengan demikian juga perilaku kita.

Pikiran kita tentang orang lain dan diri kita dipengaruhi oleh empati. Empati berarti memahami dan ikut merasakan pengalaman emosional orang lain dalam situasi tertentu. Dengan kata lain, empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita pada posisi orang lain untuk memahami pandangan dan perasaan  (pikiran) orang itu. Tanpa empati, takkan ada pikiran positif mengenai orang lain.

Motivasi adalah aspek penting lain dalam perilaku. Perilaku apapun pasti dipandu oleh pola-pola kondisi internal dan eksternal. Kondisi kompleks internal dan eksternal ini, yang disebut motif atau semangat, berfungsi untuk mengerahkan organisme menuju tujuan yang spesifik. Jadi, motivasi menjawab "mengapa"-nya perilaku. Perilaku dapat diarahkan menuju ke atau menjauh dari tujuan, tergantung tipe dan macam motivasinya. Kita berfikir dan kemudian bertindak sesuai dengan pikiran kita.

Perilaku pada akhirnya merupakan hasil dari intelegensi seorang individu. Intelegensi didefinisikan sebagai kapasitas global individu untuk bertindak dengan suatu tujuan tertentu, untuk berfikir rasional dan untuk berhubungan secara efektif dengan lingkungannya. Definisi ini perlu kita telaah dan pelajari komponen-komponennya.

Komponen pertama yang harus dipelajari adalah tindakan bertujuan
Hal ini berarti bahwa perilaku kita harus mempunyai tujuan dan arah yang pasti, atau, dengan kata lain, harus mempunyai motif. Kebanyakan dari kita tidak bertindak dengan tujuan tertentu. Kita bertindak kebanyakan karena mengekor orang lain. Walau manusia dilahirkan bebas, tetapi di mana-mana ia terikat. Kita harus membebaskan diri kita dari belenggu ini. Berfikir dan bertindaklah dengan sikap positif terhadap kehidupan. Ini adalah langkah pertama menuju berfikir positif.

Komponen kedua yang harus kita pelajari adalah berfikir rasional
Hal ini berarti mempunyai alasan dan pemahaman. Alasan dan pemahaman adalah hal esensial untuk berfikir positif. Sebagian besar dari kita tidak berfikir rasional. Pikiran kita terpusat pada dan dipengaruhi oleh apa yang dipikirkan orang lain tentang diri kita. Kita hidup, berfikir dan bertindak untuk orang lain. Psikologi persepsi manusia mengatakan bahwa kita melihat dunia melalui kacamata perseptif kita, yaitu kita melihat orang lain dan mengevaluasi mereka dengan mengacu pada diri kita. Jadi kita mengevaluasi orang lain menurut apa yang kita pikirkan tentang diri kita. Mempunyai pikiran positif tentang diri kita akan membantu kita berfikir dengan lebih rasional. Hal itu akan membantu pengembangan nalar dan pemahaman menjadi jauh lebih baik.

Komponen ketiga adalah menghadapi lingkungan dengan efektif
Ini berarti manipulasi lingkungan secara efesien untuk kesejahteraan psikologis, sosial, dan ekonomi. Namun demikian, hal ini baru mungkin terjadi bila seseorang merasa yakin tentang kemampuan dan potensinya. Hal ini pada gilirannya berasal dari persepsi sendiri. Sangatlah penting untuk tidak merendahkan kemampuan dan potensi diri sendiri atau orang lain. Kita semua memiliki kelebihan dan kekurangan. Yang harus kita lakukan adalah berfikir positif tentang diri kita, kemampuan dan potensi kita, serta menerima kelemahan kita dan mencoba mengatasinya. Hal ini akan berhasil secara menakjubkan.

Komentar