Perdebatan mengenai susu terus dibahas. Apalagi, komoditas ini dan olahannya menjadi bahan asupan yang banyak dikonsumsi masyarakat. Sebagian berpendapat, susu tak lagi diperlukan tubuh manusia ketika sudah memiliki gigi. Apalagi, susu sapi yang sudah kodratnya diminum sapi, bukan manusia. Sebagian lagi berpendapat, kandungan zat gizi yang terkandung dalam susu segar maupun olahannya sangat diperlukan tubuh.
"Manusia adalah satu-satunya spesies yang masih minum susu setelah mereka dewasa. Cobalah lihat sapi, kerbau, kambing, atau apa pun, setelah dewasa, mereka tidak lagi minum susu. Hanya manusialah yang melanggar perilaku tidak alamiah tersebut," tulis gastroenterolog sari Jepang, Prof Dr Hiromi Shinya dalam bukunnya yang berjudul Miracle of Enzym. Menurut Hiromi, hal itu disebabkan produsen susu yang terus mengiklankan produknya. Terus mengonsumsi susu sapi akan menghabiskan enzim induk yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh, termasuk pertumbuhan tulang.
Dikutip dari koran pikiran rakyat, manusia tidak berkembang seperti sapi. Konsentrasi unsur yang begitu tinggi dalam susu sapi didesain supaya bayi sapi bisa segera berdiri dan hidup mandiri. Bahkan, banyak penelitian menunjukan bahwa gula dalam susu binatang (laktosa) justru menimbulkan alergi bagi mayoritas manusia. Hal yang paling penting, enzim laktosa yang digunakan untuk mencerna susu, perlahan-lajan akan menghilang pada saat manusia menginjak usia 2-3 tahun. Di usia tersebut, kebutuhan manusia akan susu telah hilang sepenuhnya.
Praktisi eat celan, Farah Mauludynna kepada wartawan "PR" mengatakan, banyak dari kita, khususnya orang tua, salah kaprah tentang susu sapi. "Karena benda cair ini dari mulut langsung mengalir ke kerongkongan dan tidak sampai berinteraksi dengan enzim yang diproduksi mulut kita. Akhirnya, tugas usus semakin berat," ucap Dynna.
Pada usus, susu langsung menggumpal dan sulit sekali dicerna. Untuk bisa mencernanya, tubuh terpaksa mengeluarkan cadangan enzim induk yang seharusnya lebih baik dihemat. Enzim induk itu mestinya untuk pertumbuhan tubuh, termasuk pertumbuhan tulang. Namun, karena enzim induk terlalu banyak dipakai untuk membantu mencerna susu, peminum susu justru akan lebih muda terkena osteoporosis.
Efek Samping
Dokter Buti Azfiani Azhali menjelaskan, susu memang memiliki "efek samping" bagi peminumnya, dalam kondisi tertentu. Efek itu berupa kondisi yang menyebabkan timbulnya reaksi tubuh terhadap susu. Reaksi tersebut adalah intoleransi laktosa dan alergi susu. Intoleransi laktosa adalah masalah pencernaan yang cukup sering dijumpai. Dalam hal ini, tubuh tidak dapat mencerna laktosa, yaitu suatu bentuk gula yang umumnya terkandung dalam susu dan produk olahan susu. Gejala yang muncul seperti kembung dan diare.
Sementara gejala yang timbul pada alergi susu, misalnya berupa kemerahan di kulit, muntah, diare, dan nyeri perut. Reaksi dapat muncul dalam beberapa menit setelah mengonsumsi susu sapi atau pun beberapa jam sampai berhari-hari kemudian. Untuk menyikapi hal tersebut, masih banyak alternatif pengganti produk susu, antara lain susu soya yang difortifikasi kalsium ataupun produk olahan soya seperti tahu, jus buah yang difortifikasi kalsium, roti, dan sereal yang difortifikasi kalsium, olahan kacang, serta sayuran berdaun seperti brokoli, bokehoy, dan kale. "Pada anak yang menderita intoleransi laktosa dapat diberikan produk susu yang rendah atau tanpa laktosa, keju ataupun yoghurt yang mengandung kultur bakteri aktif sehingga lebih mudah untuk dicerna," kata Buti.
Susu juga sering dianggap sebagai minuman yang menggemukan. Padahal, lanjut Buti, susu kaya anak nutrisi, dan kalsium dalam susu sapi sangat mudah dicerna tubuh. Saat ini, banyak tersedia produk susu sapi rendah atau tanpa lemak yang memiliki kandungan nurisi hampir sama dengan produk susu sapi biasa. Susu mengandung protein dan beberapa nutrisi penting selain kalsium, termasuk vitamin D, fosfor, dan magnesium yang penting untuk kesehatan tulang.
Mengenai lemak, Buti berpendapat, kandungan lemak dalam produk susu dapat bervariasi. Lemak dalam susu memberikan kalori untuk anak-anak dan juga mengandung vitamin-vitamin esensial seperti vitamin B2 dan vitamin B12. Namun, sebagian besar lemak yang terkandung dalam susu dan produk olahan susu adalah lemak jenuh. Pada bagi anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa, mengkonsumsi terlalu banyak lemak dapat berkontribusi terhadap asupan kalori berlebih yang dapat berlanjut menjadi penyebab berat badan berlebih. Untuk itu, produk susu yang disarankan adalah susu rendah lemak ataupun tanpa lemak.
Komentar
Posting Komentar