Bahaya kanker serviks & cegah melalui deteksi dini

Kanker serviks
Peristiwa penting sebanyak 37.275 perempuan yang tersebar di seluruh Indonesia secara serempak menjalani pemeriksaan deteksi dini kanker leher leher rahim (serviks). Dari jumlah tersebut, 27.000 perempuan melakukan deteksi dini kanker serviks dengan pemeriksaan IVA (Inspeksi visual asam asetat) dan sisanya, 10.275 perempuan, menjalani pemeriksaan pap smear. Deteksi dini kanker serviks dilakukan di 1.558 titik pelayanan.

Dilansir dari koran pikiran rakyat, kanker serviks masih menjadi salah satu masalah pada bidang kesehatan. Penyakit tersebut sering menyerang perempuan, bahkan masih menjadi penyebab kematian nomor satu dari jenis kanker yang menyerang perempuan. Jumlah kasus kanker serviks terhitung dari Januari-Juni 2016 pada pelayanan rawat jalan tingkat lanjutan mencapai 45.006 kasus dengan total biaya sekitar Rp 33, 4 miliar. Sementara di tingkat rawat inap ada 9.381 kasus dengan total biaya sekitar Rp 51,3 miliar.

Penyakit kanker serviks merupakan penyakit yang menyerang mulut rahim. Rahim wanita terdiri atas mulut rahim, badan rahim, dan indung telur namanya kista. Sementara bila menyerang badan rahim dikatakan miom. Kanker serviks termasuk penyakit yang menyerang mulut rahim. Jadi, ada perbedaan antara miom, kista, dan kanker serviks. Kanker serviks terjadi ketika sel serviks tumbuh tidak normal dan tidak terkendali. Pertumbuhan dari sel serviks itu akan membentuk satu massa jaringan yang disebut tumor. Sifatnya bisa jinak atau ganas. Dikatakan kanker serviks bila sifat dari tumor itu ganas.

Penyakit kanker serviks disebabkan infeksi Human Papilloma Virus (HPV). Virus tersebut dapat ditularkan melalui berbagai cara, tetapi risiko terbesar untuk terjangkit penyakit kanker serviks melalui hubungan seksual yang dilakukan dengan berganti-ganti pasangan (multipartner seksual). Risiko terkena kanker serviks juga terjadi bila melakukan hubungan seksual pada usia dini, pemakaian alat kontrasepsi yang tidak steril, dan penggunaan celana dalam secara bersamaan.

Kanker serviks menyerang usia produktif
Penyakit kanker serviks banyak menyerang wanita usia produktif, 25-55 tahun. Akan tetapi, pada beberapa kasus, penyakit tersebut mengenai perempuan usia muda. Ditemukan kasus kanker serviks pada perempuan berusia 22 tahun. Pasien diketahui sudah aktif secara seksual. Penderita kanker serviks biasanya datang ke sarana pelayanan kesehatan sudah dalam stadium lanjut, yaitu stadium III dan IV.

Pengobatan yang harus dilakukan menjadi lebih susah dan berat serta membutuhkan biaya tidak sedikit. Angka harapan hidup secara medis pada penderita kanker serviks stadium lanjut, rendah umurnya cenderung lebih pendek. Beberapa gejala yang ditemukan pada penderita kanker serviks, antara lain mengalami keputihan setiap hari dan berlangsung lebih dari satu bulan. Terjadi perdarahan setelah melakukan hubungan seksual, nyeri pinggul, dan penurunan berat badan.

Cairan yang keluar berwarna kuning kehijauan, berbau tajam, dan terasa gatal. Sebenarnya, gejala keputihan itu normal bila tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak menyebabkan gatal. Itu terjadi sebelum dan sesudah menstruasi. Kecapaian juga bisa menyebabkan keputihan, tapi dengan istirahat cukup, makan vitamin, dan minum obat biasanya sembuh. Pencegahan terhadap kanker serviks dapat dilakukan dengan mencegah agar tidak terinfeksi HPV. Oleh karena itu, faktor risiko juga harus diminimalkan, seperti tidak berganti-ganti pasangan seksual dan tidak melakukan hubungan seksual pada usia dini.

Cegah kanker serviks melalui deteksi dini
Kanker serviks termasuk penyakit yang dapat dicegah melalui deteksi dini. Ada berbagai cara untuk mendeteksi dini kanker serviks. Dua diantaranya melalui pemeriksaan pap smear dan IVA (inspeksi visual asam asetat). Wanita yang sudah menikah atau aktif secara seksual diharapkan melakukan deteksi dini melalui kedua cara tersebut. Kita cegah bila wanita terinfeksi HPV jangan sampai jatuh pada kanker melalui deteksi dini.

Deteksi dini dengan cara IVA dilakukan untuk melihat apakah terjadi perubahan pada dinding mulut rahim. Bila terjadi perubahan pada dinding mulut rahim, itu merupakan tanda-tanda prakanker. Saat itulah perlu diobati sehingga tidak jatuh pada stadium kanker.

Perempuan berusia di atas 35 tahun dianjurkan melakukan pemeriksaan pap smear setahun sekali. Begitu juga perempuan yang berganti-ganti pasangan seksual. Bila dalam pemeriksaan pap smear berturut-turut selama tiga kali hasilnya negatif maka pemeriksaan pap smear dilakukan setiap 2-3 tahun. Konsultasikan ke dokter bila hasil pemeriksaan pap smear tidak normal.

Komentar