6 Cara mendukung anak yang terkena gejala autisme

Anak autisme
Autism spectrum disorders (ASD) merupakan gangguan perkembangan saraf yang ditandai dengan gangguan komunikasi dan interaksi sosial serta perilaku aneh yang dilakukan berulang-ulang. Diagnosis gangguan ini, walaupun tidak mudah, dapat ditegakkan pada masa awal kehidupan. Gangguan ini bisa menyebabkan penurunan kualitas hidup anak dan orangtua.

Anak dengan ASD memiliki kebutuhan khusus dalam kehidupan sehari-hari. Sering kali kualitas hidupnya lebih rendah dari anak yang berkembang normal atau pun yang didiagnosis mengalami gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas. Mereka lebih sedikit memiliki kemampuan merawat diri, lebih banyak kehilangan hari-hari bersekolah, serta lebih sedikit berpartisipasi dalam kegiatan sosial. Orangtua mereka juga lebih khawatir mengenai kesulitan belajar, prestasi sekolah, kemampuan mengola stres, dan kemungkinan anak menjadi korban bullying. Orangtua tidak jarang mengalami kelelahan karena mengurus berbagai kebutuhan anak dengan ASD ditambah melakukan tugas yang lain.

Peran orangtua untuk meningkatkan kemampuan menyesuaikan diri dan mengurangi gejala autisme pada anak sangat dibutuhkan. Namun, peran tersebut juga dipengaruhi oleh kualitas hidup orangtua dan keluarga serta dukungan lingkungan sekitar. Sikap menghakimi, mendikte, atau menunjukkan hal-hal yang perlu dilakukan keluarga dengan ASD sebaiknya dihindari. Biasanya orangtua telah mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan, bahkan mungkin tampak agak kewalahan, sehingga memerlukan dukungan tertentu. Apabila memiliki teman, tetangga, maupun anggota keluarga dengan ASD, banyak cara untuk mendukung keluarga tersebut. Berikut ini beberapa di antaranya.
  1. Menambah pengetahuan mengenai ASD melalui berbagai macam dari sumber terpercaya.
  2. Mencoba mengenal anak secara pribadi dengan bertanya langsung kepada orangtua atau pengasuh mengenai kebiasaan sehari-hari anak, bukan dengan mengamati dari jauh saja. Orangtua biasanya akan senang memberitahukan cara terbaik untuk memberi dukungan kepada anak.
  3. Menghindari label atau istilah tertentu dalam percakapan sehari-hari. Istilah "anak ASD" maupun anak berkebutuhan khusus, sebaiknya digunakan hanya untuk memahami anak, bukan untuk mendiskusikan anak dengan pihak lain. Dalam memperkenalkan anak, sebutlah namanya. Lalu sampaikan satu-dua hal yang dapat membantu anak untuk belajar membangun interaksi sosial, seperti memberi salam.
  4. Kehadiran untuk membantu sesuai kebutuhan keluarga akan sangat berarti bagi orangtua anak dengan ASD. Berbagai bantuan dapat dilakukan, seperti secara berkala menanyakan kabar dan mendengarkan berbagai cerita orangtua, membantu melakukan tugas sehari-hari, atau memberi penghargaan atas kemajuan anak. Tanyakan hal apa yang perlu dilakukan untuk membantu agar dapat bermanfaat dan tidak menciptakan beban baru.
  5. Secara bertahap, mencoba memperkenalkan anak dengan lingkungan sekitar, misalnya dengan teman sebayanya. Tanyakan kepada orangtua atau pengasuh mengenai kesiapan anak serta hal-hal apa yang perlu dilakukan atau dihindari apabila ingin mengundang anak untuk bermain bersama.
  6. Melibatkan keluarga dengan ASD dalam kegiatan bersama untuk memiliki gaya hidup sehat, beraktivitas fisik, dan tetap terlibat dalam kegiatan sosial.
Dukungan untuk meningkatkan kualitas hidup anak dengan ASD tidak dapat dipisahkan dari dukungan terhadap kualitas hidup orangtua dan keluarga. Dengan demikian, diharapkan anak dengan ASD dapat lebih mampu menyesuaikan diri dan berpartisipasi dalam masyarakat.

Komentar