Inilah 3 kompetensi kepemimpinan

Pemimpin
Kita bisa menemui tipe pemimpin yang tampil simpatik, menarik, santun, dengan idealisme yang dikagumi. Sosok seperti ini tentu membuat kita berasumsi bahwa ia pastilah seorang pemimpin yang baik. Namun, fakta menunjukkan bahwa pemimpin semacam ini tidak selalu mampu mengelola organisasinya secara efektif guna menghasilkan perubahan.

Karisma seorang tokoh belum tentu menjamin kinerja yang baik. Apalagi pada zaman yang serba transparan saat ini, sangat mudah melihat dan menilai efektivitas seorang pemimpin dari hasil kerja nyatanya.

Jim Collins, penulis buku terkenal Good to Great, mengatakan, pemimpin yang efektif biasanya adalah orang yang rendah hati, tidak menonjol, tidak flamboyan, tetapi bekerja.

Penelitian
Dari beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh Michael Sanger dari Hogan Assessments, memang ternyata, pemimpin di Asia yang berhasil tampaknya lebih banyak terdiri atas pemimpin yang tidak kharismatik, tetapi justru lebih kuat dalam implementasi.

Namun di pihak lain, hasil kerja saja tidak cukup, terutama bila sudah ada perebutan kekuasaan, politik, yang membutuhkan keterampilan orasi dan diplomasi. Di sinilah karisma pemimpin juga diperlukan. Bahkan, ketika kinerja tidak terlalu kelihatan, karisma bisa membuat orang merasionalisasi hal-hal yang belum dikerjakan, atau pun kekurangan-kekurangan pemimpin tersebut.

Peran pemimpin, baik dalam organisasi maupun negara, sudahlah sangat nyata. pemimpin adalah sumber daya terbesar bagi kelompoknya. Namun, mengapa tumbuhnya pemimpin ini tidak subur? Apakah karena kita memang salah dalam menentukan kriteria kesuksesan seorang pemimpin? Apakah karena kita tidak tepat  dalam mendefinisikannya? Apakah karena kita lupa mengenali sebab-sebab kegagalan seorang pemimpin? Atau mungkin kita mengabaikan persepsi anak buah terhadap kapasitas seorang pemimpin?

Melihat kenyataan-kenyataan yang ada konsep kepemimpinan yang pas, sampai sekarang belumlah terformulasikan bentuknya.

Tiga Kompetensi Kepemimpinan
Dr Robert Hogan dalam 2 tahun terakhir ini berusaha membuat gambaran yang lebih jelas mengenai kepemimpinan. Studi yang masih berlangsung ini mengemukakan tiga kompetensi yang berbeda, yang tidak dimiliki seorang pemimpin secara merata. Penelitian ini membantu organisasi untuk mengidentifikasi potensi kepemimpinan dengan lebih jelas.
Dalam kompetensi pertama, Hogan menemukan persyaratan utama dan mendasar, yang sering kita sebut sebut sebagai star quality. Ini adalah dasar kepemimpinan, yang tidak bisa ditinggalkan oleh seorang yang berniat menjadi pemimpin.

Kualitas ini dapat dilihat dari kemampuan dan akuntabilitas pemimpin terhadap kelompoknya. Apakah ia dengan mudah mendapatkan followers ataukah ia tetap teralienasi di pucuk pimpinan, dan hanya dituruti karena sistem yang ada?

Kompetensi kedua, yang juga penting adalah kemampuan menebar pesona, yang disebut oleh Hogan sebagai emergence. Bung Karno adalah contoh konkret dari tokoh yang mempunyai emergence tinggi.

Setiap kata-katanya menggaung, orang akan berhenti melangkah dan mendengarkan apa yang ia katakan. Kemampuan orasinya dikenal di dunia. Penampilannya, yang dia upayakan juga agar selalu gagah, dengan ganjal bahu khusus, membuat beliau semakin keren di mata dunia. Ini adalah sosok "opinion leader" yang menonjol. Ia bisa menjual konsep. Ia pun bisa menuntun arah perjuangan kelompoknya.

Kompetensi ketiga adalah effectiveness, yaitu implementasi menjadi kunci kekuatan pemimpin. Bagaimana pemimpin make it happen. Bagaimana mengubah gagasan menjadi karya nyata. Bagaimana mentranformasi kali kotor menjadi bersih. Bagaimana membuat lahan parkir menjadi tertib, dan menghasilkan banyak uang. Bagaimana mencetuskan ide, membidani sebuah gerakan, dan mengelola organisasi untuk berkontribusi. Ini adalah model pemimpin yang memiliki kekuatan "kerja", tidak lain.

Pada masa sekarang, pemimpin blusukan adalah istilah yang populer digunakan. Hanya berfokus pada "karya", tidak menonjol, dan tidak merasa berkepentingan untuk menampilkan diri. Karakteristik seperti inilah yang disebut-sebut oleh Jim Collins dan Michael Sanger sebagai salah satu kekuatan para pemimpin di Asia.

Setiap pemimpin idealnya mempunyai ketiga kompetensi tersebut secara seimbang. Namun, paling tidak, dengan deskripsi kompetensi kepemimpinan ini, kita bisa menemukenali apa yang masih menjadi pe-er masing-masing. Effectiveness yang kuat tanpa kemampuan emergence, atau sebaliknya, plus dasar-dasar kepemimpinan, bisa-bisa membuat seseorang sekadar berperan sebagai seorang manajer, tidak lebih.

Komentar