Kontroversi seputar fluoridasi memunculkan sejumlah isu sosioetika penting yang tidak bisa diabaikan. Salah satu pertanyaan paling panas adalah apakah program fluoridasi menjadi titik tolak atau tanda besar dalam kemajuan kesehatan masyarakat, atau hasil oportunitas dari lobi yang kuat, yang sebagian besarnya terkait dengan pengedepanan kepentingan sendiri dengan dalih demi kepentingan masyarakat? Asal mula sejarah fluoridasi sedang mengemuka, walaupun kita, demi alasan jelas dalam apa yang terjadi setelahnya, tidak akan menafsirkan pengungkapan itu sendiri, tetapi lebih untuk mengusik beberapa kebetulan yang sungguh luar biasa yang membuat asal mula itu terungkap.
Namun demikian, dalam pendekatan yang lebih langsung terhadap isu terkait, kita harus mendebat bahwa risiko kesehatan yang potensial dan aktual terkait dengan fluoridasi belum cukup dihargai oleh mereka yang mengurus hal itu. Pengenalan fluorida secara sengaja dalam air minum tentu saja belum melalui penelitian dan pengujian cermat seperti yang dilakukan terhadap sejumlah obat-obatan medis, yang banyak diantaranya bisa dibeli tanpa resep dokter. Akhirnya, kita mendesak bahwa bila pun diputuskan bahwa penambahan jumlah minimal fluorida ke dalam air yang kita konsumsi aman dan efektif dalam mengurangi karang gigi pada anak-anak, dosis fluorida yang pas tidak bisa dibatasi begitu saja untuk memastikan bahwa efek fluorida yang berbahaya tidak melebihi efek manfaatnya.
Lahirnya fluoridasi
Banyak pembaca akan terkejut bila mendengar bahwa fluorida telah digunakan sejak lama, tetapi tidak untuk pencegahan kerusakan gigi. Fluorida, atas nama kesehatan, yang kini kita tambahkan pada air minum adalah yang selama hampir empat dekade digunakan untuk racun lambung, insektisida, dan rodentisida. Fluorida diyakini mengeluarkan racunnya pada hama dengan bergabung dengannya dan menghambat banyak enzim yang mengandung elemen seperti besi, kalsium, dan magnesium. Untuk alasan yang sama, fluorida juga sangat bersifat racun bagi tanaman, mengganggu keseimbangan biokimia yang halus dalam hal terjadinya proses fotosintesis.
Tidak ada alasan untuk mencurigai bahwa manusia kebal dari efek racun yang potensial ini. Bahkan jika disimak secara cepat, indeks dalam sebagian besar petunjuk rujukan tentang toksikologi industrial (keberacunan produk industri) mendata bagian tentang bahaya penanganan senyawa fluorida. Dalam menilai tingkat keracunan fluorida ini, Sax menegaskan bahwa dosis 25 sampai 50 mg harus dipandang sebagai "sangat bersifat racun" dan bisa menyebabkan muntah-muntah hebat, diare, dan manifestasi CNS.
Penting untuk mengenal sejak awal bahwa fluorida adalah zat yang mengandung racun tinggi. Pengakuan atas hal sederhana ini memudahkan untuk memahami penolakan alamia terhadap bagian dari sesuatu untuk menerima tanpa mempertanyakan pencernaan yang terpaksa terhadap racun untuk memperoleh kontrol sebagian pada apa yang umumnya akan dipandang sebagai penyakit yang tidak dapat dikomunikasikan. Derajat potensial peracunan fluorida ini dan batas sempit toleransi manusia (antara 1-5 ppm) menimbulkan pertanyaan yang membutuhkan kosentrasi penuh dan kepentingan yang mendasar.
Ampas fluorin, penimbul polusi utama
Kontroversi fluoridasi menjadi lebih menarik tatkala kita menyadari bahwa ampas fluorin industri sejak awal tahun 1900-an telah menjadi penimbul polusi utama di danau, danau dan saluran air, menyebabkan kerugian yang tak terkatakan pada para petani dalam hal peracunan pada hewan ternak dan hasil panennya.
Fluorida seperti hidrogen fluorida dan silikon tetrafluorida dikeluarkan oleh fosfat, penyubur tanaman manufaktur (batu fosfat bisa mengandung 3 persen fluorida). Proses industrial dalam produksi baja, pemrosesan kimiawi tertentu, dan produksi aluminium tertentu yang melibatkan elektrolisis alumina dalam bak berisi cryolite cair (sodium alumunium hexafluorida) semuanya melepaskan fluorida dalam jumlah yang patut dikhawatirkan ke lingkungan.
Fluorida yang dikeluarkan siap untuk diserap oleh tanaman dan diketahui bisa menyebabkan kerusakan daun secara substansial. Bahkan dalam konsentrasi serendah 0,1 ppb (part per billion, bagian per miliar), fluorida secara signifikan mengurangi pertumbuhan dan hasil panen. Hewan ternak juga menjadi korban keracunan fluorida terutama karena mencerna tumbuh-tumbuhan yang terkontaminasi.
Dilaporkan bahwa Aluminium Corporation of America (ALCOA) menerima jutaan klaim setiap tahunnya untuk mengompensasi kerusakan yang disebabkan oleh ampas fluorin. Baru pada tahun 1933, Public Health Service (PHS) Amerika Serikat mulai sangat memerhatikan efek racun fluorida pada gigi dan memutuskan bahwa fluorosis gigi (gigi berbintik noda kuning, cokelat bahkan hitam) terjadi di antara 25-30 persen anak-anak ketika lebih dari 1ppm fluorida dimasukkan ke dalam air minum.
Bagaimana semua ini bermula
Lahirnya fluoridasi
Banyak pembaca akan terkejut bila mendengar bahwa fluorida telah digunakan sejak lama, tetapi tidak untuk pencegahan kerusakan gigi. Fluorida, atas nama kesehatan, yang kini kita tambahkan pada air minum adalah yang selama hampir empat dekade digunakan untuk racun lambung, insektisida, dan rodentisida. Fluorida diyakini mengeluarkan racunnya pada hama dengan bergabung dengannya dan menghambat banyak enzim yang mengandung elemen seperti besi, kalsium, dan magnesium. Untuk alasan yang sama, fluorida juga sangat bersifat racun bagi tanaman, mengganggu keseimbangan biokimia yang halus dalam hal terjadinya proses fotosintesis.
Tidak ada alasan untuk mencurigai bahwa manusia kebal dari efek racun yang potensial ini. Bahkan jika disimak secara cepat, indeks dalam sebagian besar petunjuk rujukan tentang toksikologi industrial (keberacunan produk industri) mendata bagian tentang bahaya penanganan senyawa fluorida. Dalam menilai tingkat keracunan fluorida ini, Sax menegaskan bahwa dosis 25 sampai 50 mg harus dipandang sebagai "sangat bersifat racun" dan bisa menyebabkan muntah-muntah hebat, diare, dan manifestasi CNS.
Penting untuk mengenal sejak awal bahwa fluorida adalah zat yang mengandung racun tinggi. Pengakuan atas hal sederhana ini memudahkan untuk memahami penolakan alamia terhadap bagian dari sesuatu untuk menerima tanpa mempertanyakan pencernaan yang terpaksa terhadap racun untuk memperoleh kontrol sebagian pada apa yang umumnya akan dipandang sebagai penyakit yang tidak dapat dikomunikasikan. Derajat potensial peracunan fluorida ini dan batas sempit toleransi manusia (antara 1-5 ppm) menimbulkan pertanyaan yang membutuhkan kosentrasi penuh dan kepentingan yang mendasar.
Ampas fluorin, penimbul polusi utama
Kontroversi fluoridasi menjadi lebih menarik tatkala kita menyadari bahwa ampas fluorin industri sejak awal tahun 1900-an telah menjadi penimbul polusi utama di danau, danau dan saluran air, menyebabkan kerugian yang tak terkatakan pada para petani dalam hal peracunan pada hewan ternak dan hasil panennya.
Fluorida seperti hidrogen fluorida dan silikon tetrafluorida dikeluarkan oleh fosfat, penyubur tanaman manufaktur (batu fosfat bisa mengandung 3 persen fluorida). Proses industrial dalam produksi baja, pemrosesan kimiawi tertentu, dan produksi aluminium tertentu yang melibatkan elektrolisis alumina dalam bak berisi cryolite cair (sodium alumunium hexafluorida) semuanya melepaskan fluorida dalam jumlah yang patut dikhawatirkan ke lingkungan.
Fluorida yang dikeluarkan siap untuk diserap oleh tanaman dan diketahui bisa menyebabkan kerusakan daun secara substansial. Bahkan dalam konsentrasi serendah 0,1 ppb (part per billion, bagian per miliar), fluorida secara signifikan mengurangi pertumbuhan dan hasil panen. Hewan ternak juga menjadi korban keracunan fluorida terutama karena mencerna tumbuh-tumbuhan yang terkontaminasi.
Dilaporkan bahwa Aluminium Corporation of America (ALCOA) menerima jutaan klaim setiap tahunnya untuk mengompensasi kerusakan yang disebabkan oleh ampas fluorin. Baru pada tahun 1933, Public Health Service (PHS) Amerika Serikat mulai sangat memerhatikan efek racun fluorida pada gigi dan memutuskan bahwa fluorosis gigi (gigi berbintik noda kuning, cokelat bahkan hitam) terjadi di antara 25-30 persen anak-anak ketika lebih dari 1ppm fluorida dimasukkan ke dalam air minum.
Bagaimana semua ini bermula
Konsentrasi fluorida dalam jumlah kecil 2 ppm bisa terus menjadi kekhawatiran dalam kesehatan masyarakat, hal ini karena menyebabkan fluorosis gigi yang cukup parah. Secara kebetulan, PHS Amerika Serikat pada saat itu disponsori oleh Departemen Keuangan, yang pemimpinnya adalah Andrew Mellon, pemilik ALCOA. Pada 1939, The Mellon Institute (berdiri dan dikendalikan oleh keluarga Andrew Mellon), mempekerjakan seorang ilmuwan bernama Dr. Gerald Cox untuk menemukan pasar yang subur untuk ampas fluorida industrial yang terkait dengan produksi aluminium. Dari serangkaian koneksi yang menarik antara kepentingan ALCOA dan kisah tentang fluoridasi, Walker menulis:
Pada 1939, Geral Cox, seorang ahli biokimia yang dipekerjakan oleh University of Pitssburgh, menjalani kontrak kerja dengan Mellon Institute.
Pada pertemuan para insinyur perairan di Johntown, Pennsylvania, Cox pertama-tama mengajukan pemikirannya untuk menambah fluorida ke suplai air untuk masyarakat.
Pada 1940, Cox menjadi anggota Food and Nutrition Board dalam National Research Council, dan untuk lembaga yang terkenal ini ia mempersiapkan serangkaian kepatuhan yang dengan kuat mengangkat gagasan tentang fluoridasi artifisial.
Dennis Stevenson juga mengomentari koneksi antara Dr. Cox, ALCOA dan fluoridasi ini, tetapi agak lebih sinis. Ia menulis:
Dr. Cox kemudian mengajukan fluoridasi air artifisial sebagai alat untuk mengurangi kerusakan gigi. Cara lain apa yang lebih baik untuk menyelesaikan masalah besar dan berbiaya tinggi untuk membuang ampas beracun dari pabrik aluminium selain mendapatkan bayaran dengan memasukkannya ke dalam air minum? Sebuah kebetulan yang sukar dipercaya ALCOA dan proposal fluoridasi orisinal.
Rantai yang nampak seperti kebetulan itu belum berakhir di sini.
Caldwell merujuk pada pernyataan menarik dari Nona Florence Birmingham pada 25-27 Mei 1954 di depan Committee on Interstate and Foreign Commerce, yang telah mengorganisasi serangkaian dengar pendapat tentang isu fluoridasi. Sebagai presiden dari Massachusetts Women's Political Club, pada kesempatan itu Nona Birmingham mewakili sekitar 50.000 perempuan. Pernyataannya seperti di bawah ini:
Pada tahun 1944, Oscar Ewing ditempatkan di bagian pembayaran di Aluminium Company of America (ALCOA) sebagai jaksa dengan gaji tahunan $750.000. Fakta ini dikatakan pada dengar pendapat di Senat dan menjadi bagian dari Catatan Kongres (Congressional Record). Karena perusahaan aluminium tidak sedang menjalani proses peradilan yang tertunda pada masa itu, pertanyaan yang secara logis mungkin diajukan adalah, mengapa bayarannya begitu besar? Beberapa bulan kemudian, Tuwan Ewing menjadi Administrator pada agensi Federal Security dan mengumumkan bahwa ia mengalami pemotongan gaji dalam jumlah besar dalam rangka untuk melayani negerinya.
Sebagai kepala Agen Keamanan Federal (Federal Security Agency) (kini Departemen Kesehatan, Pendidikan, dan Kesejahteraan), Ia segera memulai menggelindingkan bola menjual "racun tikus" berton-ton dan bukan dalam paket kecil. Sodium fluorida adalah ampas berbahaya dari perusahaan aluminium. Mereka tidak diizinkan untuk dibuang ke sungai atau lapangan terbuka karena bisa meracuni ikan, ternak, dan sebagainya. Ternyata seseorang membayangkan gagasan cemerlang dalam mengambil manfaat dari konklusi salah yang ditarik dari Deaf Simuth County, Texas. 5 Perusahaan aluminium Amerika kemudian mulai menjual sodium fluorida untuk dimasukkan ke dalam air minum.
Apakah fluoridasi bisa dijaga pada tingkat yang aman
Walaupun 1 ppm dinyatakan secara baku sebagai tingkat konsentrasi fluorida yang bisa memberikan perlindungan maksimal terhadap kerusakan gigi, dengan fluorosis gigi yang terobservasi secara klinis pada tingkat minimum, kontroversi mengenai efek merugikan dari penggunaan fluorida dalam jangka panjang terentang luas, bahkan pada dosis ini. Pada awal tahun 1942, dilaporkan bahwa dalam area fluorosis endemik dengan konsentrasi fluorida 1 ppm atau kurang, anak-anak dengan nutrisi buruk menderita masalah skeletal, dibarengi dengan bercak-bercak pada gigi yang cukup parah.
Bahkan jika ada yang menyatakan bahwa konsentrasi fluorida sebesar 1 ppm relatif aman, maka akan semakin jelas bahwa kemampuan individual dalam mencerna fluorida yang aman tidak dapat dikontrol secara sama. Meminum air yang berfluorida, misalnya, sebagian akan bergantung pada sejumlah faktor tertentu, seperti rasa haus. Asupan cairan juga bervariasi menurut usia, situasi pekerjaan, iklim dan musim, serta tingkat aktivitas fisik. Atlet, misalnya, cenderung mengkonsumsi lebih banyak air daripada rekan lain yang bukan atlet. Penyesuaian terhadap suplai air tidak bisa mengakomodasi berbagai perbedaan individual yang terentang luas seperti ini secara memuaskan.
Tambahan pula, fluorida dikonsumsi dalam jumlah yang bervariasi dari begitu banyak sumber yang tidak diperkirakan. Tablet fluorida, yang tampak seperti pencuci mulut yang aman, gel dan bahkan tablet yang berbasis air turut menyumbang pada peningkatan dalam tingkat fluorida yang berbahaya jauh melampaui dosis 1 ppm yang disarankan terkandung di dalam air minum. Walaupun esensinya harus diwujudkan secara pasti dan jelas, sudah disebutkan bahwa peralatan masak aluminium dan yang tidak lengket, yang dilapisi dengan Tetrafluoroethylene dapat memancarkan fluorida ke dalam makanan, khusunya bila permukaannya tergores atau terkena gesekan berlebihan.
Yang bahkan lebih mengejutkan adalah fakta bahwa daun teh mengandung cukup fluorida yang bila diminum tiga atau empat cangkir sehari, dengan menggunakan air berfluorida, maka dosis fluorida totalnya akan berada di antara empat sampai enam kali batas maksimum yang aman yang diperbolehkan untuk dikonsumsi sehari-hari sesuai yang disarankan. Sebagai tambahan tentang fluorida endemik pada makanan alamiah yang kita makan, kita berada di kota-kota industri yang terpaksa menghirup fluorida yang ditarik dari emisi pabrik.
Penelitian dalam survei bahaya fluorid
Analisis komputer terhadap data dari survei gigi terbesar yang pernah dilakukan melibatkan hampir 40.000 anak-anak usia sekolah oleh National Institutes of Dental Research (Institut penelitian gigi nasional) mengungkapkan tidak ada korelasi antara pembusukan gigi dengan fluoridasi. Kenyataannya, banyak kota yang tidak menjalani fluoridasi memiliki laju pembusukan gigi yang lebih rendah daripada kota yang menjalani fluoridasi. Kota dengan laju pembusukan gigi terendah tidak menjalani program fluoridasi. Dari tiga laju pembusukan tertinggi, dua diantaranya sebagian menjalani fluoridasi.
Missouri State Bureau of Dental Health telah menjalani survei terhadap lebih dari 6.500 anak-anak kelas dua dan enam di berbagai bagian Missouri dan menemukan bahwa secara keseluruhan tidak ada perbedaan signifikan antara anak yang meminum air yang diberi fluorida secara optimal dan anak-anak yang meminum air dengan fluorida di bawah titik optimal.
Albertt W. Burgstahler, Ph.D
Profesor kimia, University of Kansas
Wilayah sekolah melaporkan laju bebas karang tertinggi, sepenuhnya tidak mengkonsumsi air dengan fluorida. Bagaimana seseorang bisa menjelaskan hal ini?
A.S. Gray, D.D.S.
Journal of the Canadian Dental Association, 1987.
Semua survei di sini dan di Eropa Barat memperlihatkan bahwa pengurangan tingkat karang gigi selama lebih dari 20 tahun lalu sama besarnya di dalam masyarakat yang mengkonsumsi air dengan fluorida dan yang tanpa fluorida.
John R. Lee, M.D.
Bahkan Journal of the American Dental Association menyatakan bahwa penurunan karang gigi sekarang ini yang dilaporkan di Amerika Serikat dan negara industri barat telah diamati dalam masyarakat yang mengkonsumsi air dengan fluorida dan yang tanpa fluorida, dengan persentase penurunan di masing-masing komunitas yang sama.
Chemical dan Engineering News, 1 August 1988.
Laju Kematian Bayi Tertinggi Terjadi di Sejumlah Kota yang Mengkonsumsi Fluorida
Angka yang dikeluarkan oleh National Centre for Health Statistics mengungkapkan bahwa kematian bayi adalah masalah besar di Amerika Serikat. Data memperlihatkan bahwa sepuluh kota dengan laju kematian bayi paling buruk semuanya telah mengkonsumsi fluorida artifisial paling sedikit selama 17 tahun atau lebih lama. Setelah fluoridasi selama satu tahun lebih, kematian bayi di Kansas City, Missouri meningkat 13 persen.
The Kansas City Star, 21 November 1982.
Setelah tahun kelima pemakaian fluorida di Kansas City, kematian bayi meningkat 36 persen.
The Kansas City Star, 26 Februari 1987.
Kontaminasi fluorida dari konsumsi minuman
Jelas
sekali, sumber paling umum dari asupan fluorida tambahan berasal dari
konsumsi minuman. Minuman yang mengandung air yang berfluorida mencakup
jus, punch, popsicles, makanan pencuci mulut yang berbasis air yang
dibekukan, dan minuman berkarbonat. Sejumlah studi telah memperlihatkan
bahwa konsumsi minuman ringan di Amerika Serikat telah meningkat begitu
tajam selama lebih dari dua dekade terakhir, tidak hanya di kalangan
remaja laki-laki berusia 15-17 tahun, tetapi juga pada anak-anak usia
1-2 tahun. Statistik menunjukkan bahwa di Kanada, konsumsi minuman
ringan meningkat sebesar 37 persen dari tahun 1972 sampai 1981.
Meningkatnya
konsumsi minuman ringan ini terjadi bersamaan dengan menurunnya
konsumsi susu, yang artinya meningkatnya asupan fluorida secara
keseluruhan. Sejumlah kajian mengungkapkan bahwa peningkatan dramatis
dalam konsumsi minuman, bersama dengan fluoridasi dalam air minum
merupakan bahaya kesehatan yang potensial. Terus-menerus mengkonsumsi
fluorida sebetulnya justru meningkatkan dan bukan mengurangi kerusakan
gigi. Kerusakan enzimatik yang berhubungan dengan mineralisasi enamel
menciptakan gigi parotic yang jauh lebih ringkih untuk menjadi karang
daripada kasus lain.
Dalam studi besar tentang efek
merugikan dari fluorida, Yiamouyiannis dan Burk melaporkan pada 1977
bahwa paling sedikit 10.000 orang di Amerika Serikat mati setiap
tahunnya karena kanker yang disebabkan oleh fluorida. Pada pengantar
dalam laporan hasil penelitian mereka, 17 makalah riset yang dikutip
memperlihatkan efek mutagenic (zat yang menyebabkan mutasi) yang
berhubungan dengan fluorida. Kini, ada konsensus sampingan di dalam
komunitas ilmiah bahwa aktivitas mutagenic substansi bisa dipandang
sebagai indikasi penting adanya aktivitas penyebab kanker yang potensial
ada di dalamnya.
Sejak beberapa penelitian provokatif
pada lebih dari satu dekade lalu itu, sejumlah besar literatur ilmiah
terus menumpuk yang dengan sangat kuat mengindikasikan bahwa praktik
suplai air berfluorida adalah berbahaya. Pada 1983, seorang ahli bedah
gigi Australia, G Smith, melaporkan sejumlah penelitian yang
mengemukakan bahwa kini ada risiko serius pada pemakaian fluorida secara
berlebihan di masyarakat. Ia mengatakan bahwa "argumentasi yang
mendesak tidak lagi terpaku pada tingkat fluorida di dalam suplai air
untuk masyarakat saja, tetapi lebih pada apakah fluoridasi meningkatkan
risiko yang ditanggung orang tertentu, bahkan untuk waktu yang singkat,
dalam hal tingkat fluorida dalam darah yang dapat merusak sel dan sistem
manusia.
Pada 1985, ilmuwan Australia lain, M.
Diesendorf, menaruh perhatian pada penemuan dimensi baru menyeluruh
tentang bahaya kesehatan yang berkaitan dengan asupan fluorida. Sodium
fluorida, misalnya, ternyata bisa menyebabkan sintesis DNA yang tak
terjadwal dan penyimpangan kromosom pada sel manusia. Beberapa studi
baru-baru ini mengungkapkan mekanisme aktual yang dengan dasar itu
fluorida bisa mengganggu melekul DNA dan situs melekul aktif dalam
banyak enzim manusia.
Ketika semua sudah diungkapkan,
sudah jelas ternyatakan bahwa kini waktunya untuk penelaahan kembali
secara serius dan menyeluruh seluruh kebijakan yang memberi wewenang
pengharusan fluoridasi pada suplai air yang kita konsumsi. Telaah
seperti itu sudah barang tentu memerlukan pendekatan di banyak sisi, di
mana penyelidikan riset yang terpercaya bisa bersatu dengan filsafat
pendidikan kesehatan untuk membantu implementasinya. Melalui pendidikan,
sikap menghargai dapat muncul bahwa di dalam alam sendiri ada pola
rancangan yang penting untuk keseluruhan program kesehatan.
Di
alam, misalnya, fluorida secara tipikal ditemukan dalam bentuk tidak
larut yang relatif aman. Dengan campur tangan secara sengaja untuk
membuat bentuk fluorida tak larut yang alamiah menjadi fluorida yang
larut, kita mengubah substansi alamiah yang relatif tidak berbahaya
menjadi substansi yang terkonsentrasi dan sangat beracun, yang kemudian
bisa larut di seluruh lingkungan sebagai racun. Kumpulan syarat
kesehatan yang ditunjukkan oleh alam dalam hal fluorida lebih lanjut
digambarkan oleh mekanisme menyusui yang sederhana tapi anggun. Bayi
yang disusui sebenarnya terlindung dari menerima fluorida yang lebih
dari konsentrasi sangat rendah dalam air susu ibu oleh pagar plasma/susu
fisiologis. Begitu banyak hal tentang kesehatan yang dapat dipelajari
dari alam, tetapi untuk melakukan hal itu kita harus lebih peduli untuk
bersahabat dengan alam daripada menaklukkan dan memanipulasinya.
Apakah
kampanye fluoridasi harus diindikasikan terbukti sebagai salah satu
tipuan utama bagi masyarakat luas yang berlangsung pada abad ini?
Silakan pembaca menilainya. Apa pun penilaiannya, adalah hal yang sudah
begitu jelas bahwa pencegahan perusakan gigi bukanlah garis dasar bagi
perdebatan tentang fluoridasi ketika panacea telah menjadi racun.
Reference:
- G.S.R. Walker, Fluoridation-Poison on Tap (Melbourne: Glen Walker Publisher, 1982).
- H.T Dean, "Studies on the Minimal Threshold of Dental Sign of Chronic Endemic Fluorosis," Public Health Rep, 50: 1719-1729, 1934.
- D. Stevenson, "Fluoridation, Panacea of Poison?", Simply Living Magazine, Vol. 3, #6 (1988).
Source: Googlebook.
- G.S.R. Walker, Fluoridation-Poison on Tap (Melbourne: Glen Walker Publisher, 1982).
- H.T Dean, "Studies on the Minimal Threshold of Dental Sign of Chronic Endemic Fluorosis," Public Health Rep, 50: 1719-1729, 1934.
- D. Stevenson, "Fluoridation, Panacea of Poison?", Simply Living Magazine, Vol. 3, #6 (1988).
Source: Googlebook.
Komentar
Posting Komentar