Lebih cermat siapkan sarapan dan syaratnya

Sarapan
Illustrasi

Kebugaran, juga kebahagiaan, bermula dari sarapan yang baik. Sarapan adalah resep awal untuk kesehatan fisik dan mental. Tubuh membutuhkan asupan energi baru untuk memulai aktivitas setelah berpuasa selama 8-10 jam pada malam sampai pagi hari. Jika tidak ada asupan energi, tubuh akan berusaha menaikkan kadar gula darah dengan mengambil cadangan glikogen, simpanan karbohidrat dalam bentuk glukosa di dalam tubuh misalnya dari otot. Gejala turunnya glukosa ini antara lain lemas, cepat lapar, dan pusing.

Jika kita melewatkan sarapan, tubuh juga kemungkinan akan kekurangan sejumlah besar serat, asam folat, zat besi, vitamin B12, dan zinc. Padahal, asam folat dan vitamin B12 punya peran penting dalam formasi neurotransmiter seperti serotonin. Kekurangan serotonin membuat orang lebih rentan merasakan gejala depresi. Kadar zat besi yang rendah juga cenderung membuat seseorang merasa cepat lelah, kehilangan nafsu makan, sampai merasakan suasana hati yang tidak stabil.

Sayangnya, beragam fakta yang menunjukkan pentingnya sarapan itu belum berbanding lurus dengan kebiasaan sarapan yang baik, terutama pada masyarakat Indonesia. Survei dari Litbang kompas pada maret 2015 menemukan, hanya 56 persen orang dewasa yang rutin sarapan.

Data yang dirangkum Ketua Umum Perhimpunan Pakar Gizi Indonesia (Pergizi) Prof. Dr. Ir. H. Hardiansyah MS juga mengungkapkan, sebanyak 17-56 persen anak usia SD sampai SMA tidak sarapan. Sementara itu, asupan sarapan pada 46 persen anak usia SD tidak memenuhi kebutuhan gizi sarapan.

"Data itu masih relevan. Kita bisa mengatakan 7 dari 10 anak Indonesia Kekurangan gizi sarapan," ujar Hardiansyah.

Syarat sarapan sehat
Salah satu asumsi yang salah tentang sarapan, yang penting kenyang. Karenanya, sarapan kerap diidentikkan dengan menyantap karbohidrat. Padahal, indikator sarapan sehat bukan kenyang, melainkan terpenuhinya asupan gizi.

Sarapan sehat itu syaratnya ada dua, yaitu waktu yang tepat dan komposisi yang tepat. Waktu sarapan yang tepat adalah sebelum jam 9 pagi, sebelum kita beraktivitas. Sementara itu, komposisi yang tepat, sarapan harus mengandung karbohidrat, protein, lemak, serat, vitamin, dan mineral yang secara sederhananya bisa memenuhi sekitar satu per empat kebutuhan gizi harian.

Asupan gizi anak juga terkait erat dengan jajanan. Tak semua orang tua sempat menyediakan sarapan atau bekal untuk anak. Sesekali jajan memang tidak masalah, tetapi anak juga mesti diajarkan memilih jajanan yang aman. Misalnya, jika ingin membeli makanan dalam kemasan, anak harus memastikan pada kemasan terdapat tanda bahwa makanan tersebut terdaftar di BPOM atau memiliki nomor PIRT  yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan.

Waspadai pula makanan yang warnanya terlalu mencolok atau manisnya tidak wajar, kemungkinan makanan tersebut menggunakan pewarna tekstil atau pemanis buatan yang tidak aman untuk kesehatan. Selain itu, pilihlah lokasi jajan yang higienis, tidak dekat dengan pembuangan sampah atau jalan raya yang banyak terpapar asap knalpon kendaraan.

Membiasakan anak menyantap sarapan yang baik dan memilih jajanan dengan lebih selektif adalah fondasi untuk memelihara kesehatan. Kedepannya, hal ini juga membentuk anak untuk mempertahankan gaya hidup sehat sampai ia dewasa kelak.


Referensi: Kompas

Komentar