Praktis dan ekonomis dengan sepeda listrik

Sepeda listrik

Mengiringi tingginya kebutuhan sepeda motor di Tanah Air, kepopuleran sepeda listrik (selis) meroket antara lain karena dianggap lebih hemat lantaran tidak memerlukan bahan bakar minyak (BBM). Sesuai namanya, sepeda ini membutuhkan listrik sebagai sumber tenaga.

Adapun lamanya waktu pengisian pada tiap sepeda listrik berbeda, tergantung kapasitas baterai (dalam changer bawaan standar 2-2,5 ampere). Misalnya, baterai 36 volt 12 amperehour butuh waktu pengisian maksimal 5 jam, baterai 48 volt 12 amperehour butuh waktu maksimal 6 jam, baterai 48 volt 20 amperehour butuh waktu maksimal 8 jam, dan baterai 48 volt 7 amperehour butuh waktu maksimal 4 jam. Ada pula model tertentu yang pengisian baterainya hingga penuh memerlukan waktu 6-8 jam dan bisa digunakan untuk perjalanan sejauh 45 kilometer dengan kecepatan maksimal 35 kilometer per jam.

Dilansir dari kompas, Selain hemat, dengan bentuknya yang lebih simple dan bersifat lebih praktis, selis sering kali dipakai untuk mendukung aktivitas sehari-hari seperti mengantar anak sekolah.

Hal tersebut yang dilakoni oleh Anastacia Tri Utami. Sekretaris sebuah perusahaan swasta di Jakarta ini merasa alat transportasi tersebut memberikan nilai kepraktisan saat berpergian, terutama ketika mengantarkan buah hatinya ke sekolah.

"Sepeda listrik ini sangat praktis. Selain memiliki dimensi yang relatif kecil, perangkat ini bisa dilipat. Selain bisa digunakan untuk mengantarkan anak saya, Alexa, ke sekolah Bimba, alat ini juga dapat dimasukkan ke dalam mobil dan dibawa berlibur," Ujar Anas.

Selain praktis, lanjut Anas, sepeda ini memberikan nilai tersendiri, berbeda dengan sepeda konvensional. "Dengan sepeda listrik, kaki bisa beristirahat sehingga badan tetap bugar, kecuali bila kondisi baterainya sudah lemah atau habis."

Jika ingin sekaligus berolahraga, si pengguna tinggal menggowes pedal yang tersemat persis seperti sepeda pada umumnya. Ini tentu juga dapat menghemat energi listrik yang tersimpan pada baterai.

Berhati-hati
Meski sudah dioperasikan, pengguna harus berhati-hati saat mengendarai sepeda listrik. Apabila teledor, pengguna bisa terjatuh dari sepeda dan terseret. Begitu juga ketika ingin mengendarai sepeda listrik dengan merek berbeda, wajib mempelajari cara pengoperasian karena tidak menutup kemungkinan terdapat perbedaan pengoperasian.
Anas menceritakan kisahnya terjadi ketika mengendarai sepeda listrik milik orang lain. "Saya pernah terjatuh ketika ingin menggunakan sepeda listrik miliki saudara saya di Yogyakarta. Padahal, di rumah, saya sudah sering menggunakan sepeda listrik. Ternyata, cara ngegas-nya berbeda. Dari situ saya semakin berhati-hati saat menggunakan sepeda listrik, terutama milik orang lain," kenang Anas.

Terkait perawatan, tidak terlalu sulit menjaga perangkat tersebut agar tahan lama. Sama seperti sepeda biasa, cukup dijaga kebersihannya. Jika terkena hujan atau air, segera dibersihkan dan dikeringkan agar bodi dan rantai tidak berkarat. Kita juga harus rutin memperhatikan kondisi baterai melalui indikator di stang. Jika lemah, harus segera di-charge. Bila lalai, jangan salahkan sepeda apabila kita terpaksa menggowes.

Sayangnya, di Indoensia, sepeda listrik yang dijual di pasaran masih terbilang mahal. Kisaran harga untuk sepeda listrik baru antara Rp 3 juta sampai 8 juta. Nah, untuk menyiasatinya, konsumen biasanya membeli di pameran atau gerai-gerai sepeda listrik yang memberikan harga khusus, biasanya potongan harga dapat mencapai Rp 1 juta.

Minimnya bengkel sepeda listrik juga menjadi kekhawatiran tersendiri bagi si pemilik. Untuk itu, mereka pasti benar-benar menjaga dan berhati-hati menggunakan alat transportasi bebas emisi ini. Meski demikian, keberadaan sepeda listrik sangat membantu, khususnya bagi mereka yang belum bisa mengendarai kendaraan, seperti sepeda motor dan mobil, sepeda listrik dapat membantu memperlancar mobilitas. Pengguna sepeda listrik juga dapat berkontribusi mengurangi polusi udara di jalan raya.

Komentar