Jamur kancing bisa cegah kanker dan degeneratif

Kanker
Penyakit degeneratif adalah penyakit yang mengiringi proses penuaan. Degeneratif merupakan proses berkurangnya fungsi sel saraf secara bertahap sehingga sel saraf yang sebelumnya berfungsi  normal menjadi tidak normal bahkan bisa sama sekali tidak berfungsi, akibatnya penurunan daya tahan   sel   saraf dan mengakibatkan kematian sel. Ada lebih dari 50 jenis penyakit yang termasuk dalam penyakit degeneratif, namun yang banyak dijumpai adalah penyakit jantung, diabetes, dan stroke yang merupakan penyebab kematian nomor satu pada orang dewasa. Ketiga jenis penyakit ini seringkali dipacu dengan adanya pola hidup yang kurang sehat.

Penyebab umum timbulnya penyakit degeneratif adalah faktor usia, sehingga penyakit ini tidak bisa disembuhkan namun dapat dikendalikan. Untuk dapat mengendalikan penyakit ini salah satu caranya  adalah menjaga kesehatan tubuh dengan gaya hidup sehat. Berusaha selalu beraktifitas fisik, istirahat yang cukup serta makan makanan bergizi seimbang dan hindari merokok baik perokok aktif maupun perokok pasif. Pengendalian lingkungan harus dilakukan pula secara terpadu, yaitu dengan memperhatikan sumber zat yang dikonsumsi baik air, makanan maupun udara sekitarnya.

Penyakit metabolik atau disebut juga penyakit degeneratif, akhir akhir ini berkembang sangat pesat. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa munculnya penyakit degeneratif memiliki korelasi dengan bertambahnya usia seseorang atau sebagian ilmuwan menyebutnya sebagai faktor keturunan. Namun  demikian faktor makanan yang dikonsumsi setiap hari juga mempunyai peran yang sangat signifikan terhadap munculnya penyakit degeneratif.  Makanan yang hampir tidak mengandung vitamin dan mineral serta kandungan seratnya minimal akan menunjang mempercepat berkembangnya penyakit degeneratif.

Di Indonesia, penyakit degeneratif banyak terjadi di kalangan masyarakat perkotaan, hal ini kemungkinan dikarenakan gaya hidup masyarakat perkotaan yang mengkonsumsi makanan serba instant (makanan cepat saji) yang minim nutrisi. Dalam mencegah atau menunda munculnya  penyakit  degeratif, diperlukan pola makan dan pola hidup yang sehat serta mengkonsumsi makanan  yang sehat pula. Menurut Stamet (2005) dari 140.000 spesies jamur-jamur yang ada, baru 10  % nya tersentuh oleh para ilmuan. Sekitar 100 spesies jamur sedang diteliti untuk manfaat kesehatan manusia. Dari seratus spesies yang diteliti, sekitar setengah lusin yang benar-benar menonjol mempunyai kemampuan untuk memberikan dorongan luar biasa bagi sistem kekebalan tubuh manusia.

Jamur kancing
Agaricus bisporus atau “jamur  kancing”, merupakan salah satu jenis jamur tertua di dunia dan sangat populer dalam diet bangsa Barat. Di dalam masyarakat bangsa Barat, jamur kancing ini paling populer dan jamur kancing tersebut secara rutin dikonsumsi dengan cara menambahkan jamur tersebut ke dalam menu makanan mereka. Selain rasanya yang unik, mengkonsumsi jamur ini dapat  memberikan manfaat kesehatan dan manfaat nutrisi saat digunakan sebagai bagian makanan rutin dari diet. Kandungan  nutrisi Agaricus bisporus cukup lengkap  yaitu mengandung protein,   karbohidarat, serat dan berbagai macam vitamin dan mineral. Dengan demikian, mengkonsumsi  jamur kancing sebagai bagian dari diet sehari-hari  diharapkan akan mengundurkan atau mencegah munculnya penyakit degeneratif, termasuk penyakit kanker.

Manfaat jamur kancing untuk kolesterol dan diabetes
Menurut Jeonget al .(2010), bahwa Agaricus bisporus (jamur kancing putih atau JKP) mengandung  kadar serat makanan tinggi dan antioksidan termasuk vitamin C, D, dan B12, folat, dan polifenol yang dapat memberikan efek manfaat  pada pasien penyakit  jantung  dan  diabetes. Hasil pengamatan menyatakan bahwa penurunan total kolesterol, LDL (low-density lipoprotein), dan konsentrasi total trigliserida dan peningkatan yang signifikan konsentrasi HDL (high density lipoprotein plasma) juga telah diamati.

Disimpulkan bahwa jamur A bisporus (jamur  kancing) memiliki aktivitas baik hipoglikemik maupun hipolipidemik pada tikus. Yamacet al, 2010 telah mengadakan penelitian dengan menggunakan  ektrak air panas jamur kancing pada tikus Sprague Dawley diabetes yang disebabkan oleh streptozotocin. Dosis ekstrak jamur kancing yang diberikan adalah 0, 100, 200, 400mg/kg berat setiap hari selama 7 hari sesudah serangan diabet. Dari hasil percobaannya diperoleh bahwa kadar glukosa serum menurun secara signifikan (29,68%) setelah pemberian oral ekstrak A. bisporus pada dosis 400mg/kg bb per hari. Selain itu, tingkat insulin serum meningkat menjadi  78,50  %  pada dosis ekstrak 400 mg/kg bb per hari pada tikus diabetes yang diinduksi streptozotocin. Mereka menyimpulkan bahwa aplikasi oral dosis tinggi ekstrak A. bisporus dapat mengak ibatkan penurunan tingkat keparahan tikus diabetes yang diinduksi streptozotocin.

Manfaat jamur kancing dalam memerangi penyakit kanker
Diperkirakan 14,1 juta orang menderita kanker pada 2012, dan ada sebanyak 1,7 juta perempuan yang terkena kanker payudara. Forman and Moller (1994) menambahkan, jumlah kematian akibat kanker payudara juga merupakan penyebab utama kematian di negara-negara berkembang dikarenakan oleh adanya pergeseran gaya hidup.

Menurut Liu et al. (1993) dan Wang et al. (1995) bahwa polisakarida peptide pada pada jamur mempunyai aktivitas immunomodulator dan antitumor yang merupakan mekanisme yang paling penting dalam kemampuannya mencegah dan melawan kanker. Ulasan tentang efek jamur kancing   pada kanker payudara telah dipublikasi oleh Novaeset al. (2011).

Mereka membuat ringkasan dari hasil penelitian dari studi laboratorium, secara invitro dan invivo. Menurut Chen et al. (2006) bahwa jamur kancing putih memiliki potensi sebagai pencegahan dalam strategi kemoterapi untuk kanker payudara, di mana jamur kancing putih ini dapat menekan aktivitas aromatase dan biosintesis estrogen. Lebih lanjut disebutkan bahwa suatu kelompok phytokimia yang  dinamakan procyanidin beta-dimer yang merupakan bagian dari keluarga polyfenol mempunyai potensi untuk mencegah terbentuknya aromatse. Mereka mengevaluasi aktivitas dari ekstrak jamur   ini pada reseptor positif estrogen/aromatase positif  MCF-7aro cell-line secara in vitro dan in vivo.

Ekstrak jamur ini mengurangi proses proliferasi testosteron-induced cell di sel MCF-7aro, tetapi tidak memiliki efek pada MCF-10A yang bukan merupakan sel tumor. Sebagian besar zat kimia  jamur yang potensial itu larut dalam etil asetat. Senyawa aktif  utama yang ditemukan dalam fraksi etil asetat yang merupakan asam lemak tidak jenuh, seperti asam linoleic, asam linolenic, dan konjugasi asam linoleic. Interaksi dari asam linoleic dan konjugasi asam linoleic dengan mutasi aromatase terekspresikan dalam sel telur hamster China yang menunjukkan bahwa asam lemak menghambat aromta sedengan potensi yang hampir sama sehingga mengakibatkan mutasi  pada  sisi  aktif berinteraksi dengan kedua asam lemak tersebut. 

Yang mana hasil ini mengindikasikan bahwa dua senyawa ini mengikat sisi aktif dari aromatase, penghambatan analisa kinetik mengindikasikan bahwa mereka merupakan penghambat yang non-competitive dengan androstenedione. Di karenakan hanya asam linoleic konjugasi  ditemukan  untuk menghambat proliferation sel testosteronedependent dari MCF-7aro, secara fisiologi relevansinya penghambat aromatase pada jamur yang umumnya merupakan konjugasi asam  linoleic dan turunannya. Secara in vivo aktivitas zat aktif  jamur ditunjukkan dengan digunakannya tikus-tikus yang telah disuntikan dengan sel MCF-7aro.

Penilitian ini menunjukan bahwa ekstrak jamur dapat menurunkan baik proliferasi sel tumor maupun berat tumor tanpa memberikan suatu efek pada kecepatan apoptosis. Dalam penelitian Zhang,et al. (2009) disimpulkan bahwa asupan makanan tinggi jamur menurunkan resiko kanker payudara pada   wanita Cina pre-dan pasca-menopause  dan  telah  diamati adanya tambahan penurunan resiko payuda dari efek gabungan dari jamur dan teh hijau.

Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk meneliti efek dari diet jamur dan mekanisme efek bersama phytochemical kandungan zat aktif A.bisporus pada kanker payudara. Martin dan Brophy (2009) menyatakan  bahwa ekstrak air panas jamur kancing dapat mengakibatkan apoptosis sel payudara. Pemberian makan yang mengandung 0, 2, atau 10% (berat/berat badan) bubuk jamur kancing selama 10 minggu pada   tikus   C57BL/6 pada diet dan diperiksa indeks kekebalan bawaan   dan hasil ini menunjukkan bahwa peningkatan  konsumsi jamur kancing bisa meningkatkan kekebalan bawaan terhadap tumor dan virus melalui peningkatan aktivitas“ natural  killer”. Efek ini mungkin dimediasi melalui peningkatan IFN-gamma dan  produksi TNF-alpha (tumor necrosis faktor-alpha (TNF-alpha) (Wuet al.2007).

Menurut Grube et al. (2001) bahwa diet  tinggi jamur kancing dapat memodulasi aktivitas  aromatase dan fungsinya dalam “chemo prevention” pada wanita post-menopause melalui penurunan produksi estrogen in-situ.

Penelitian Luk et  al. (2011), manyatakan bahwa akhir-akhir ini ada indikasi bahwa kandungan kimiawi dari jamur (mushrooms) sebagai target populasi stem sel yang mirip kanker  prostat.

Pada hasil penelitian Adam et  al. (2008), menunjukkan bahwa ekstrak jamur kancing putih memberikan efek pada conjugated linoleic  acid (CLA) pada sel line kanker prostat in-vitro dan in-vivo. Dalam semua sel yang diuji, menunjukkan bahwa ekstrak jamur kancing menghambat   proliferasi sel dan menyebabkan apoptosis dalam waktu pengobatan selama 72 jam. Secara in-vitro CLA menghambat proliferasi sel line kanker prostat.

Menurut Adam et al,(2008), jamur kancing (white button  mushrom) mempunyai kemampuan menekan proliferasi sel kanker prostat. Ekstrak jamur kancing menghambat 5 αreductase dan menekan pertumbuhan tumor kanker prostat. Secara biokimia kekambuhan kanker prostat biasa ditunjukkan dari kekambuhannya setelah terapi lokal yang pertama.  Hasil dianalisa sementara dapat disimpulkan bahwa terapi dengan jamur kancing dapat ditoleransi. Data mereka menyebutkan bahwa makan jamur kancing memungkinkan penundaan perkembangan secara biokimia kambuhnya kanker  prostat pada beberapa pasien.

Berdasarkan hasil tersebut diperlukan penelitian lebih lanjut untuk klarifikasi dalam mekanismenya.  Sementara itu, hasil penelitian Adams et  al. (2008), menunjukkan bahwa  20% methanol-fraksi air dari jamur kancing putih telah menghambat pertumbuhan sel  kanker prostat.

Menurut Dhamodharam dan Mirunalini (2012) bahwa dosis optimal yang baik untuk diberikan guna   menurunkan secara efektif  stress pada  karsinogenesis tumor  mamay adalah 200mg/kg berat badan (bb) untuk tikus jenis AB dan 30 mg/kg untuk tikus jenis DMBA.

Referensi:
Adams LS, Phung S, Wu X, Ki L, Chen S. 2008. White button mushroom (Agaricus   bisporus)   exhibits   antiproliferative   and   proapoptotic properties  and  inhibits  prostate  tumor  growth  in athymic  mice. Nutr Cancer 60 (6): 744-756.

Carneiro   AAJ,   Ferreira   ICFR,   Due ̃nas   M et   al. 2013.   Chemical composition and antioxidant activity of dr ied powder formulations of Agaricus  blazei and Lentinus  edodes,” Food  Chem 138 (4): 2168-2173.

Komentar