Keberadaan makhluk gaib dan jenis-jenisnya

hantu

Hantu adalah sebutan bagi sosok penampakan menakutkan, yang diyakini masyarakat adalah perwujudan dari makhluk halus. Setiap perwujudan hantu, adalah hasil jelmaan dari penampakan makhluk halus. Semua jenis makhluk halus bisa saja menampakkan diri dalam bentuk apapun, bahkan bisa mengikuti imajinasi dari orang yang ditampaki. Namun jarang sekali orang bisa beruntung melihat penampakan, atau tidak sembarang orang bisa melihatnya. Yang paling umum bisa dirasakan orang atas kehadiran makhluk halus adalah suara, dan pengaruh dari energi mereka.

Seram juga kalau keberadaan makhluk gaib berada di sekitar kita, pasti hawanya berinding dan terasa takut. Keberadaan makhluk gaib di sekitar kita memang ada dan mempunyai tempat masing-masing tanpa kita sadari.

Aspek kebudayaan
Budaya bukanlah sesuatu yang asli (genuine), tapi hasil konstruksi manusia  setiap zamannya. Karena itu, setiap masa memiliki tafsir sendiri tentang kepemilikan budaya. Salah satu budaya yang mengakar kuat di masyarakat adalah mistisisme. (Geertz, C. 1960).

Dalam masyarakat Indonesia, budaya  mistisisme hampir bisa ditemukan dalam setiap jengkal kehidupan. Masyarakat Sunda, misalnya, mengenal adanya upacara-upacara adat (slametan), kepercayaan terhadap makhluk gaib (memedi, lelembut, tuyul, demit), dan keyakinan berbau sihir (santet, pesugihan, pelet).(Geertz, C. 1960).

Dalam perkembangannya, budaya mistisisme ini tereksploitasi oleh kehadiran industri. Fenomena  mistis mengalami kapitalisasi setelah hadir beragam tayangan mistis. Bahkan, acara-acara mistis ternyata mendapat animo besar di kalangan masyarakat. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya acara  serupa. Mulai dari film Bangsal 13, Jelangkung, Pocong, Suster Ngesot, Hantu Jeruk Purut, Bangku Kosong, Kuntilanak, Jembatan Casablanca,  sampai  dengan  reality  show yang pernah laris, seperti  Dunia Lain, Genta yangan, dan Pemburu Hantu.

Masyarakat Indonesia dibuat untuk menerima begitu saja tayangan tak rasional yang menumpulkan akal pikiran. Pada hal, jelas bahwa fenomena demikian menurut indra dan akal, secara filosofis sebagai sumber pengetahuan, tidak dapat diterima. Hal ini tentu akan berpengaruh buruk terhadap   generasi ke depan. Mistisisme yang berkembang di masyarakat tidak perlu ditafsirkan sebagai kepercayaan terhadap eksistensi kekuatan mistis yang jelas tidak rasional, harus ditafsirkan sebagai kearifan lokal, ikatan sosial masyarakat, dan kebutuhan akan nilai kebersamaan. Cara pandang ini jelas tidak menolak atau menghilangkan mistisisme. Mistisisme tetap diterima, tetapi dimaknai sebagai kebutuhan untuk menjaga harmonisasi hubungan masyarakat.

Upacara slametan, misalnya, tetap diterima, tapi dalam pemahaman sebagai upaya harmoni sosial. Slametan menjadi mekanisme untuk memelihara nilai-nilai lokal seperti kebersamaan, kekerabatan,   dan kerukunan. Bukan dijadikan sebagai perantara meminta kekuatan di luar manusia (mistis) untuk  memberi keselamatan. Dengan demikian, adanya slametan tetap bisa sebangun dengan perkembangan modernitas zaman.

Aspek psikologis
Dalam aspek psikologis seperti halnya yang sudah dijelaskan, bahwa kecenderungan mengkonsumsi bagian dari tayangan-tayangan/hal-hal gaib baik disengaja ataupun tidak dapat mengubah jalannya pemikiran seseorang yang mengarah ke pemikiran-pemikiran yang cenderung mengakibatkan keburukan tingkah laku seseorang. Makhluk gaib/hantu yang berkeliaran biasanya dikaitkan dengan   dendam atau mencari keadilan. (Iskandarsyah Muhammad, 2012).

Dengan menceritakan cerita hantu merupakan suatu cara untuk menghindarkan masyarakat terpencil  dari orang luar, seperti halnya suatu daerah yang memiliki kawasan tertentu yang dianggap keramat oleh leluhurnya dan tidak boleh dimasuki masyarakat. Di sisi lain terdapat konsep yang dibuat para leluhur untuk menjaga utuh kelestarian daerah keramat tersebut dari tingkah laku masyarakat seiring  berkembangnya zaman. Jika taktik ini gagal, dapat dibuat seseorang dari masyarakat tersebut berperan sebagai hantu.

Penjelasan berasaskan pengetahuan mengenai psikologi manusia. Sebagai contoh, kemunculan makhluk gaib/hantu seringkali dikaitkan dengan gambaran bayangan, kelam, pudar, dan hawa dingin. Tetapi respon terhadap rasa takut adalah merinding, yang dapat juga diakibatkan oleh hawa dingin. Faktor psikologi sering kali disebut sebagai penjelasan bagi kejadian melihat hantu, mereka yang lemah, cenderung membesar-besarkan  apa  yang  dilihat. Gambaran tertentu seperti gambar dan film mungkin mendorong seseorang mengaitkan struktur tertentu atau kawasan  sebagai berhantu karena apa yang dilihatnya dalam film. (Iskandarsyah Muhammad, 2012).

Aspek kepercayaan
Dalam aspek kepercayaan tidak ada doktrin-doktrin tentang keberadaan makhluk gaib/hantu dalam masyarakat Indonesia, walaupun secara klasifikasi makhluk gaib/hantu terdapat  “kesamaan”, tetapi mengenai detil roh, terdapat perbedaan dari orang ke orang, dari suatu daerah dan daerah yang  lain. Ada banyak pembicaraan dan perdebatan tentang makhluk gaib/hantu dari berbagai sudut dan dari berbagai sisi. Setiap orang sepertinya mempunyai pendapat sendiri tentang sifat makhluk gaib/hantu yang tepat dan beberapa pengalaman pribadi untuk membuktikannya.

Kepercayaan terhadap roh bukanlah merupakan bagian dari suatu skema yang konsisten, sistematis, dan terintegrasi, tetapi lebih condong kepada imaji-imaji berlainan, yang kongkrit, spesifik, yang dirumuskan secara tajam, metafora-metafora visual atau gambaran yang terlepas satu sama lain yang memberi bentuk kepada berbagai pengalaman yang kabur atau samar-samar dan yang kalau tidak demikian akan tidak dapat dimengerti atau pun sulit untuk dimengerti. Aspek kepercayaan terhadap makhluk gaib/hantu seringkali digambarkan berukuran dan berbentuk manusia (walaupun ada yang menyebutnya menyerupai hewan), biasanya digambarkan  "berkilauan",  "berbayang",  "seperti kabut",  atau bayangan. Hantu tidak mempunyai tubuh kasar seperti manusia,  hanya bayangan badan (astral body).

Kadang kala tidak tampak bila dilihat tetapi dalam fenomena lain seperti pergerakan objek, lampu hidup dan mati dengan  sendiri, bunyi, dan lain-lain, yang tidak mempunyai penjelasan logik. Di barat mereka yang mempercayai makhluk gaib/hantu kadang-kala dianggap mereka sebagai  roh yang tidak aman selepas mati, dan dengan itu berkeliaran di bumi. Ketidaksanggupan mendapat keamanan dijelaskan sebagai ada pekerjaan yang belum selesai, seperti mangsa yang mencari keadilan atau membalaskan dendam setelah mati. Menurut non-orthodox doktarin Katolik, hantu dikatakan berada ditempat antara Surga dan Neraka di mana  roh  bayi yang tidak dibaptis tinggal (Hendrinova, Hantu 2009).

Dalam kebudayaan Asia (seperti di Tiongkok), banyak orang yang percaya kepada reinkarnasi. Makhluk gaib/hantu merupakan roh yang tidak  mau "di-reinkarnasi-kan" karena mereka mempunyai  masalah yang belum selesai, Dalam agama Hindu, pembahasan terperinci mengenai makhluk gaib/hantu terdapat dalam Garuda Purana, skripture dari tradisi Vedic (Hindu). Mereka berkeliaran ditempat mereka biasa pergi sewaktu hidup atau tempat mereka meninggal. Tempat demikian dikenali sebagai " rumah berhantu ", hal yang mereka lakukan disebut" menghantui".Mereka sering kali menggunakan pakaian yang sering mereka pakai di masa hidup. (Hendrinova, 2009).

Jin (Iblis/Setan)
Makhluk gaib dalam Islam terbagi menjadi dua, yakni  jin  dan malaikat. Dalam  Islam, makhluk  ciptaan Allah dapat dibedakan antara yang bernyawa dan tak bernyawa. Di antara yang bernyawa adalah jin. Kata jin menurut bahasa (Arab) berasal dari kata ijtinan, yang berarti istitar (tersembunyi). Jadi jin menurut bahasa berarti sesuatu yang tersembunyi dan gaib, sedangkan syetan ialah setiap yang durhaka dari golongan jin, manusia atau hewan. Dalam ayat-ayat Allah (Al-Quran) tentang iblis, dinamakan jin, karena ia tersembunyi wujudnya dari pandangan mata manusia.  Itulah sebabnya jin dalam wujud aslinya tidak dapat dilihat mata manusia.

Kalau ada manusia yang dapat melihat jin, maka jin yang dilihatnya itu adalah jin yang sedang menjelma dalam wujud makhluk yang dapat dilihat mata manusia biasa. Tentang asal kejadian jin, Allah menjelaskan, kalau manusia pertama diciptakan dari tanah, maka jin diciptakan dari api yang sangat panas.

Menurut agama Islam, Iblis adalah nama salah seorang dari bangsa jin. Dalam Al- Quran dijelaskan bahwa Allah menciptakan tiga jenis makhluk berakal budi yaitu malaikat, jin, dan manusia. Malaikat  diciptakan  dari cahaya  (nuur), jin dari api (naar), dan manusia diciptakan dari tanah (turaab). Iblis adalah nama salah seorang  jin, sebagaimana Jibril adalah nama seorang malaikat. Begitu juga Adam yang  merupakan nama seorang manusia. (Muhammad Isa Daud,1996).

Sejak penciptaan manusia Adam, iblis diperintahkan Allah untuk bersujud kepadanya, namun iblis tidak mau sujud kepadanya. Oleh  karena itu, Iblis dikeluarkan oleh Tuhan dari Surga dan menjadi mahluk yang terkutuk. Ia meminta kepada Tuhan untuk menangguhkan kematiannya hingga hari kiamat. Iblis dendam kepada manusia, keturunan Adam karena lantaran  kehadiran Adam, obsesinya jadi makhluk nomor satu jadi buyar. Iblis juga disebut Setan dan seluruh jin dan manusia yang menjadi pengikutnya juga disebut Setan. (Muhammad  Isa  Daud, 1996).

Makhluk gaib atau hantu di indonesia
Indonesia adalah negara nomor satu yang paling kaya akan suku dan budaya, keanekaragaman suku dan budaya tersebut melahirkan banyak paham, adat, dan pemahaman yang berbeda-beda, perbedaan  itu pulalah yang membuat Indonesia yang juga kerap dikenal dengan nama negara dengan peringkat nomor satu dengan nama keanekaragaman jenis makhluk gaib/hantu di tiap daerahnya. ada beberapa nama-nama makhluk gaib/hantu di Indonesia, namun yang paling terkenal dan ada di tiap daerah di Indonesia, diantaranya:

1 Kuntilanak
Kuntilanak (bahasa Melayu: puntianak, pontianak) adalah makhluk gaib/hantu yang dipercaya berasal dari perempuan hamil yang meninggal dunia atau wanita yang meninggal karena melahirkan dan anak tersebut belum sempat lahir. Nama “kuntilanak” atau “pontianak” kemungkinan besar berasal dari gaungan kata “ unting”  hamil  dan “anak”. Kota Pontianak mendapat namanya karena konon Abdurrahman Alkadrie, pendiri Kesultanan Pontianak, diganggu hantu ini ketika akan menentukan tempat pendirian istana. Dalam folklor Melayu, sosok kuntilanak digambarkan dalam bentuk wanita  cantik yang  punggungnya berlubang.

Kuntilanak digambarkan senang meneror penduduk kampung untuk menuntut balas. Kuntilanak sewaktu muncul selalu diiringi harum bunga kamboja. Konon laki-laki yang tidak berhati-hati bisa dibunuh sesudah kuntilanak berubah wujud menjadi penghisap darah. Kuntilanak juga senang menyantap bayi dan melukai wanita hamil. Dalam cerita seram dan film horor di televisi Malaysia,  kuntilanak digambarkan membunuh mangsa dengan cara menghisap darah di bagian tengkuk, seperti  vampir. Agak berbeda dengan gambaran menurut tradisi Melayu, kuntilanak menurut tradisi Sunda tidak memiliki lubang di punggung dan hanya mengganggu dengan penampakan saja. Jenis yang memiliki lubang di punggung sebagaimana deskripsi di atas disebut sundel bolong. Kuntilanak konon juga menyukai pohon tertentu sebagai tempat “bersemayam”, misalnya waru yang tumbuh condong ke samping (populer  disebut“ aru doong” .

2. Tuyul
Tuyul adalah sejenis mahluk gaib/hantu yang bisa terlihat oleh mata, berujud kecil seperti anak manusia. Biasanya di beri tugas untuk mencari uang yang di perintahkan majikannya. Untuk mencegahnya bisa membacakan doa-doa yang mustajab untuk mengusir dan menolak tuyul dan bala-balanya. Biasanya makhluk gaib/hantu ini banyak diperjual belikan, dan juga untuk mendapatkan jenis makhluk gaib/hantu ini memerlukan ritual, seperti puasa dan lain sebagainya.

3. Pocong
Sejarah hantu pocong di Indonesia berasal dari tanah Jawa, di mana ada seorang warga yang meninggal akan tetapi setelah dikubur tali pocongnya tidak dilepas maka dia pun bangkit dari kubur untuk mencari orang yang dapat membantu dia untuk melepas tali pocongnya tersebut.

Analisi berdasarkan kepercayaan dalam kehidupan
Pada kebudayaan di Indonesia memang sangat kental sekali dengan hal-hal yang mistis/gaib, akibat kepercayaan di masa lalu atau mitos nenek moyang bangsa Indonesia yang mempunyai atau memegang beberapa kepercayaan yang berbeda, dimulai dari animisme, dinamisme, dan hinduisme sampai adanya kepercayaan ajaran agama Islam. Namun tidak terlepas dari kepercayaan ajaran agama, tidak sedikit masyarakat Indonesia yang sekarang sudah modern pun masih tidak lepas dari unsur budaya yang pernah di ajarkan nenek moyang terdahulu, budaya yang berkaitan dengan roh-roh leluhur, ilmu gaib, tempat angker, dan sebagainya.

Mitos masyarakat pun beredar cepat, terutama tentang makhluk gaib/hantu yang umumnya tidak memberikan hal positif, meskipun tidak diketahui kebenarannya.

Efek konten horor terhadap msyarakat
Konten-konten horror sering ditemui dalam media audio vidual berupa film. Horror menurut kamus adalah:
(1) perasaan yang sangat kuat menyakitkan yang berasal dari kebencian dan ketakutan.
(2) Sesuatu yang informal dan tidak menyenangkan. 
(3) kecemasan yang ditimbulkan oleh kengerian-kengerian informal. Jika disederhanakan, horor merupakan sesuatu yang menciptakan ketakutan dan kegelisahan.

Nuansa horror dalam sebah film dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe. Ada film yang bernuansa horror karena menampilkan mahluk gaib dan memuat unsur klenik yang kuat. Ada juga  film horror yang tidak menampilkan mahluk-mahluk lain dunia itu, melainkan menampilkan sisi jahat  dari manusia. Misalnya film-film tentang pembunuhan dan thriller (mencengangkan karena biasanya banyak adegan memotong tubuh manusia). Akan tetapi di Indonesia kecenderungan persepsi di masyarakat yang bilamana menampilkan sesuatu hal yang horor harus dibuat sedemikian  rupa agar tampak mengerikan dan menyeramkan yang tidak memberikan peran positif. 

Hal ini sedikit banyak memberi pengaruh bagi perkembangan mental masyarakat Indonesia, banyak masyarakat Indonesia yang kemudian tumbuh menjadi orang yang takut akan  hal-hal gaib akibat hal  tersebut, namun horor menjadi satu genre film yang diminati. Hal ini terlihat dari jumlah produksi film horor Indonesia yang melambung tinggi.

Komentar