Dengan menerapkan pola makan dan rehat yang teratur, cukup olahraga, serta senantiasa berpikir sehat (positif), maka menjadi tua merupakan suatu kebahagiaan tersendiri. Ayo, nikmati usia senja yang berkualitas dan bebas nyeri.
Osteoporosis, osteoatritis dan masalah-masalah tulang belakang merupakan kasus yang paling banyak ditemui pada manusia lanjut usia (lansia). Bisa dipahami, karena dengan bertambahnya usia maka kepadatan tulang pun ikut berkurang, termasuk dimulainya kerusakan mikroartesitektur tulang, yang menjadi penyebab tulang rapuh dan mudah patah.
Menurut dr. Andito Wibisono Sp.OT, hal itu umum terjadi pada lansia karena adanya gangguan metabolisme tulang. Kerja sel penghancur tulang melebihi kerja sel pembentuk tulang. Akibatnya, lama-kelamaan tulang menjadi keropos. “Ini normal. Terjadi secara fisiologis akibat penuaan, disertai menurunnya hormon serta kurangnya asupan kalsium dan vitamin D. Apalagi jika terdapat penyakit penyerta, seperti diabetes mellitus (DM) atau penyakit degeneratif lainnya,” jelas dokter spesialis ortopedi dan traumatologi.
Faktor risiko
Selain adanya penyakit degeneratif, beberapa gangguan tulang yang perlu diwaspadai pada lansia adalah adanya risiko injuri. Terjadinya kecelakaan karena terjatuh, misalnya. Ya, jatuh merupakan penyebab terbesar terjadinya patah tulang pinggul, dan membawa risiko tinggi terhadap kejadian berbagai patah tulang, meliputi punggung, pergelangan tangan, pinggul, lengan bagian atas. Apalagi pada lansia dengan kepadatan mineral tulang (Bone Mineral Density-BMD) rendah.
Jatuh sebagai faktor penyebab kecelakaan pada lansia dibagi ke dalam dalam 2 golongan besar; yaitu faktor intrinsic, yang dapat disebabkan oleh proses penuaan dan berbagai penyakit seperti stroke dan TIA yang mengakibatkan kelemahan tubuh sesisi (satu sisi) pada lansia. Parkinson akan mengakibatkan kekakuan alat gerak. Depresi bisa menyebabkan lansia tidak terlalu perhatian saat berjalan. Gangguan penglihatan seperti penyakit katarak juga berpotensi meningkatkan risiko jatuh pada lansia.
Sementara, sistem kardiovaskuler akan menyebabkan syncope. Syncope merupakan salah satu faktor pemicu jatuh pada lansia. Bahkan, dehidrasi pun bisa menyumbang terjadinya kecelakaan (jatuh) pada lansia. Dehidrasi bisa disebabkan oleh diare, demam, asupan cairan yang kurang atau penggunaan diuretik yang berlebihan.
Selain faktor intrinsik, ada faktor ekstrinsik. Katakanlah akibat human error (kelalaian manusia), juga menjadi penyebab risiko jatuh pada lansia. Misal, lansia yang berada di tengah keluarga yang tidak apik, sembarangan dalam menempatkan barang di dalam rumah sehingga sangat rawan menjadi penyebab terjadinya kecelakaan. Posisi lantai tidak datar, kamar mandi yang licin, penerangan tidak baik dan seterusnya, dapat menjadi penyebab lansia jatuh, “tersandung” karena kondisi tersebut.
Mereka yang terdeteksi keropos tulang akibat penyakit disarankan mengonsumsi kalsium dosis tinggi 800 mg per hari plus mengasup vitamin D3. Meski demikian, konsumsi kalsium juga tidak boleh terlalu banyak, karena justru akan membuat tulang menjadi getas (terlalu padat), dan gampang patah. “Tulang yang terlalu padat menjadi tidak elastis. Ini yang membuat gampang patah,“ ujar dr. Andito.
Berikut ini adalah tips nyaman dan aman di usia lanjut:
1. Lansia dianjurkan rajin memeriksakan kondisi kesehatannya.
2. Jadikan olahraga yang aman dan nyaman sebagai aktifitas yang menyenangkan.
3. Rutin melakukan check up.
4. Lakukan kegiatan olahraga secara rutin dengan memilih program yang sesuai dengan kemampuan.
5. Tentukan gaya berolahraga, bisa secara berkelompok atau individual.
6. Tentukan juga momentum waktu olahraga yang tepat, apakah pagi atau malam hari.
7. Aktif sebagai anggota klub olahraga lansia, bisa menjadi motivasi dalam melakukan kegiatan olahraga yang aman dan nyaman.
Sumber: majalah kesehatan
dr. Andito Wibisono, Sp.OT
Komentar
Posting Komentar