Diare seringkali dikaitkan dengan kematian sejumlah 2 juta orang tiap tahunnya kebanyakan anak-anak dan kebanyakan penyakit ini, temasuk penyakit karena keracunan makanan, disebabkan oleh makanan atau air yang terkontaminasi. Sebaliknya, mencuci tangan dengan efektif dapat mengurangi separuh penderita penyakit tersebut.
Keracunan makanan terjadi ketika bakteri atau patogen jenis tertentu yang membawa penyakit mengontaminasi makanan, dapat menyebabkan penyakit keracunan makanan yang sering disebut dengan ”keracunan makanan”. Salmonella, Campylobacter, Listeria, dan Escherichia coli (E. coli) merupakan jenis bakteri yang kerap menyebabkan keracunan makanan. Sayangnya, beberapa bakteri penyebab keracunan makanan seperti Bacillus cereus menghasilkan racun yang tahan panas, sehingga bakteri ini tidak dapat dilenyapkan melalui proses pemasakan. Penyakit keracunan makanan dapat berujung serius atau bahkan fatal.
Beberapa orang yang berisiko tinggi terkena penyakit keracunan makanan, diantaranya ialah ibu hamil, anak-anak, lanjut usia, serta orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Bagaimanakah bakteri penyebab keracunan makanan tumbuh
Bakteri penyebab keracunan makanan hampir selalu dapat ditemukan di tiap makanan, dan dalam kondisi yang tepat, satu bakteri dapat berkembang menjadi lebih dari 2 juta bakteri hanya dalam kurun waktu 7 jam. Bakteri-bakteri tersebut berkembang biak dengan sangat cepat pada makanan yang mengandung banyak protein atau karbohidrat saat makanan berada pada suhu antara 5-60° Celsius, yang seringkali disebut sebagai “zona bahaya makanan”. Karena itu, kebanyakan penyakit keracunan makanan dilaporkan terjadi pada waktu mengolah makanan di musim panas.
Jenis makanan kemungkinan besar dihinggapi oleh bakteri
Bakteri tumbuh subur dan berkembang biak pada beberapa jenis makanan dengan lebih mudah. Jenis makanan yang cenderung dihinggapi bakteri, antara lain: daging, unggas, produk olahan susu, telur, produk laut, nasi matang, buah potong. Jenis makanan di atas cenderung dihinggapi oleh bakteri, namun jenis makanan lain juga berpotensi terkontaminasi atau kontaminasi silang jika perlakuan terhadap makanan tersebut kurang layak, selama proses pemasakan, penyimpanan, pendistribusian, maupun proses penyajian makanan siap santap.
Bagaimanakah terjadinya penyakit keracunan makanan
Penyakit keracunan makanan terjadi dalam kurun waktu 1-3 hari sesudah mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi. Hal ini seringkali terjadi di acara publik di mana orang-orang makan dari hidangan prasmanan dengan mengambil makanan mereka sendiri, bukan dilayani oleh satu pelayan saja.
Kondisi berikut ini juga dapat memicu terjadinya keracunan makanan:
- Tidak memasak makanan hingga matang (khususnya daging dan olahan daging lainnya).
- Tidak menyimpan bahan pangan yang perlu disimpan pada suhu di bawah 5 °Celsius dengan benar.
- Membiarkan makanan matang pada suhu ruang selama lebih dari 1 jam.
- Mengkonsumsi makanan yang telah disentuh oleh seseorang yang sedang mengalami diare dan muntah-muntah.
- Kontaminasi silang, seperti meletakkan makanan matang di wadah yang sama dengan daging mentah.
Keracunan makanan dapat menyebabkan kombinasi beberapa gejala seperti mual, muntah, dan diare berdarah atau tidak, terkadang disertai oleh gejala lainnya. Sesudah mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi, nyeri perut, diare, dan muntah dapat berlangsung selama satu 1 atau 3 hari tergantung pada jenis patogen penyebab keracunan makanan, jenis racun, maupun tingkat kontaminasi yang terjadi.
Hal dilakukan untuk mencegah terjadinya keracunan makanan
Beberapa hal sederhana dapat dilakukan untuk meminimalkan potensi terjadinya keracunan makanan.
Ikutilah petunjuk WHO mengenai 5 langkah menuju keamanan pangan dengan seksama, seperti berikut
ini :
1. Jagalah kebersihan
2. Pisahkan bahan pangan mentah dan matang
3. Masaklah hingga matang
4. Simpanlah makanan pada suhu yang aman
5. Gunakan air bersih dan bahan pangan yang masih segar
Inilah beberapa jenis pathogen penyebab keracunan makanan
Penyakit
keracunan makanan
|
Bakteri
penyebab
|
Sumber
terjadinya kontaminasi
|
Masa
inkubasi
|
Gejala
klinis
|
Tindakan
pencegahan
|
Salmonellosis
(nontyphoidal)
|
Spesies Salmonella
(lebih dari 2.500
jenis)
|
Telur mentah atau
setengah matang,
daging dan unggas
setengah matang,
buah dan sayuran
mentah yang
terkontaminasi
(seperti kecambah
dan melon),
susu yang tidak
dipasteurisasi serta
produk olahan
susu lainnya seperti
mentega dan keju.
|
6 – 72 jam
(biasanya
12–36 jam)
|
Diare
(seringkali
disertai darah),
kram, nyeri
perut, serta
demam yang
muncul 2 – 5
hari setelah
mengkonsumsi
makanan yang
terkontaminasi
|
Masak hingga matang
makanan seperti
telur,
unggas, dan daging
cincang; cucilah
buah
dan sayuran mentah
sebelum dikupas,
dipotong, atau dimakan
langsung; hindari
mengkonsumsi produk
olahan susu yang
belum dipasteurisasi
serta makanan
mentah;
bersihkan permukaan
dapur dan hindari
terjadinya
kontaminasi
silang dengan tidak
menggunakan wadah
yang sama untuk
menyimpan makanan
mentah dan matang.
|
Sindrom Haemolytic
uraemic
|
E. coli O157:H7;
Enterohaemorrhagic
E. coli (EHEC)
|
Mengkonsumsi
daging cincang
mentah atau
setengah matang
atau minum minuman
atau produk susu
lainnya yang tidak
dipasteurisasi
|
3 hingga 8
hari, namun
biasanya 3–4
hari
|
Diare akut
(seringkali
disertai darah),
kram perut,
dan muntah;
biasanya jarang
disertai demam
|
EHEC sensitif
terhadap
panas, jadi masaklah
daging sampai
matang;
hindari produk susu
yang tidak
dipasteurisasi,
jus; jaga kebersihan
tempat memasak dan
mencegah kontaminasi
silang
|
Shigellosis
|
Shigella dysenteriae
|
Kebanyakan kejadian
luar biasa akibat
dari
makanan khususnya
salad, makanan
yang disiapkan
dan dimasak oleh
pemasak dengan
tingkat kebersihan
perorangan rendah
|
1-2 hari
|
Diare (encer
atau disertai
darah), demam,
kram perut
|
Cucilah tangan
dengan air hangat
dan sabun sebelum
memasak dan sesudah
dari kamar mandi,
mengganti popok,
atau
berhubungan dengan
orang yang
terinfeksi
|
Campylobacteriosis
|
Campylobacter jejuni
|
Unggas atau daging
lainnya yang mentah
dan setengah
matang, produk
susu yang belum
dipasteurisasi, air
yang tidak sehat
atau bahan yang
terkontaminasi
|
2-5 hari
|
Diare (seringkali
disertai darah),
nyeri perut,
demam, sakit
kepala, mual,
dan/atau
muntah
|
Masaklah makanan
sampai matang karena
spesies Campylobacter
dapat dibunuh
melalui panas;
hindari
kontaminasi silang
dengan menggunakan
talenan berbeda
untuk
memotong makanan
mentah dan matang;
jangan minum susu
mentah; dan sering
mencuci tangan
|
Staphylococcal food
poisoning
|
Staphylococcus
aureus
|
Salad daging ham,
ikan tuna, telur,
ayam, kentang, dan
makaroni; roti
lapis;
susu atau keju yang
terkontaminasi;
olahan roti seperti
pai
krim
|
2-8 jam
|
Mual, muntah,
kram perut, dan
diare; terkadang
disertai sakit
kepala dan
demam
|
Cucilah tangan
dengan
air dan sabun;
jangan
menyiapkan atau
menyajikan makanan
jika ada luka atau
infeksi
kulit pada tangan
atau
pergelangan;
pastikan
makanan berada di
luar
zona bahaya dengan
mendinginkan
sesegera
mungkin.
|
Keracunan
makanan clostridial,
sindrom pigbel
|
Clostridium
perfringens
|
Daging, olahan
daging serta saus
yang terbuat dari
kaldu (gravy)
seringkali disebut
bakteri dapur karena
banyak kejadian
luar biasa terjadi
karena sisa makanan
tertinggal lama pada
tempat pengolah
atau suhu ruang
|
6-24 jam
|
Mual, kram
perut yang
intens, dan
diare; demam
dan muntah
juga merupakan
gejala yang
tidak umum
pada keracunan
makanan oleh
Clostridium
perfringens
toxins
|
Pastikan makanan
panas tetap panas
dan makanan dingin
tetap dingin. Ketika
makanan telah
dimasak,
pastikan agar tetap
panas, dengan suhu
internal pada 60° C
atau lebih; panaskan
kembali makanan yang
telah dimasak hingga
mencapai suhu 74° C;
buang semua makanan
yang mudah busuk,
yang telah lebih
dari 2
jam
|
Listeriosis
|
Listeria
monocytogenous
|
Makanan siap santap
yang didinginkan
seperti sosis,
susu yang belum
dipasteurisasi,
serta
produk susu lainnya
seperti susu dan
keju, daging mentah
atau yang dimasak
setengah matang,
unggas, dan
ikan-ikanan
|
3-21 hari
(bahkan
hingga 70
hari, pada
kasus tertentu
yang jarang
terjadi)
|
Demam,
nyeri otot,
terkadang gejala
gastrointestinal
seperti mual
atau diare;
gejala seperti
sakit kepala,
leher kaku,
linglung, hilang
keseimbangan,
hingga gemetar
|
Masaklah semua bahan
pangan hingga
matang,
panaskan makanan
yang
telah dimasak pada
suhu
74° celsius,
pisahkan
daging mentah dari
makanan yang telah
dimasak atau makanan
siap santap, jagalah
kebersihan kulkas
dan
area dapur
|
Botulism
|
Clostridium
botulinum (jenis A,
B, E, dan
kemungkinan kecil F)
|
Makanan kaleng
produk rumah tangga
dengan kandungan
asam yang rendah,
makanan kaleng
komersiil yang
dikemas dengan
kurang layak, ikan
yang dikemas
kalengan atau yang
di-fermentasikan.
|
12-36 jam
|
Lelah, lesu,
dan vertigo,
biasanya
diikuti dengan
pandangan
kabur, mulut
kering, mata
sayu, hingga
kesulitan
menelan dan
berbicara (tidak
ada demam
ataupun hilang
kesadaran).
|
Jangan mengkonsumsi
makanan kaleng yang
terlihat rusak atau
berbau tidak sedap,
bocor, berlubang,
berkarat, atau
penyok.
|
Sumber: World health organitation
Komentar
Posting Komentar