Menurut informasi yang dilakukan kepada para penyembuh, dari mana benda-benda seperti misalnya jarum, paku, pecahan kaca, ijuk. dan lain-lain tersebut muncul. Sebagian penyembuh menyatakan bahwa untuk mempercayai fenomena tersebut tidak mudah. Bahkan sebagian penyembuh merasa khawatir disebut sebagai penipu atau pembohong arau ahli sihir. Bahkan ada yang mengatakan bahwa sebagian masyarakat berusaha untuk menafikan adanya fenomena tersebut dengan menyatakan bahwa hal itu musyrik adanya. Oleh karena itu semua dikembalikan kepada pasien, penyembuh tersebut berniat dan dimintai tolong untuk menyembuhkan, harapan dan doanya agar pasien tersebut dapat sembuh, sementara muncul benda-benda tersebut dari tubuhnya akan dikembalikan kepada pasien tersebut, apakah ia mau percaya alau tidak.
Kendala yang lain yang dialami oleh penyembuh dengan pola tradisional adalah adanya pendapat masyarakat yang secara semena-mena menghakimi bahwa para penyembuh ini dituduh sebagai orang yang sengaja menciptakan atau memindahkan benda-benda tersebut untuk tujuan komersial. Menurut wawancara yang dilakukan, hal tersebut sesungguhnya adalah tidak adil. Rata-rata para penyembuh yang ditemui peneliti, melakukan pertolongan kepada para penderita, tidak dengan sifat komersial. Mereka melakukan praktek pengobatan secara tradisional, publikasi dilakukan dari mulut ke mulut.
Oleh karena itu mereka juga tidak mematok imbalan bagi para pasien. Seberapa pun uang yang diberikan para penderita atau pengunjung diterimanya dengan ikhlas. Kadang-kadang nilai yang diberikan kepada para penyembuh ini tidak sesuai dengan laku yang sudah dijalaninya. Kadang kadang para penderita hanya memberikan imbalan berupa gula teh atau kebutuhan gula dan teh atau hanya rokok. Apabila kenyataan tersebut kemudian dibandingkan dengan tuduhan yang ditujukan kepada para penyembuh tersebut maka menjadi tidak adil.
1. Pola tradisional
Pada pola ini penyembuh santet biasanya adalah seorang paranormal, dukun, kyai atau orang pintar. Secara garis besar pola ini dapat dipilah dalam tahap-tahap sebagai berikut:
Pengangkatan penyakit
Untuk Memecah kekuatan yang menyebabkan sakit, penderita menggunakan doa, mantra atau pun rapal yang berasal dari ayat-ayal suci Al Quran, atau mantra dan rapal yang berasal dari teks-teks Jawa sakral. Pada penyembuhan model ini penyembuh akan membersihkan tubuh pasien dari pengaruh atau santet yang melingkupinya dengan kekuatan doa, mantra alau rapal tadi. Sebagai media agar doa, rapal dan mantra tersebut dapat masuk ke tubuh biasanya dibacakan pada air putih yang kemudian diminumkan ke pasien. Sisa air putih tersebut biasanya kemudian diborehkan ke seluruh tubuh pasien yang sakit.
Dari penelitian yang dlakukan menunjukkan bahwa media yang digunakan disamping air putih adalah kapas yang diberi minyak goreng, air bunga, jenis minyak tertentu seperti minyak malaikat subuh, Jakfaron, dst. Pola seperti itu dilakukan oleh paranormal dari Jakarta, Banten, Boyolali, dan piyungan. Ada pula yang menggunakan pusaka yang kemudian ditempelkan ke tubuh pasien untuk menyedot penyakit. cara ini dilakukan oleh paranormal yang bermukim di Drini Piyungan. Disamping itu digunakan pula telur ayam kampung yang digunakan untuk menyedot penyakit yang diderita. Seperti yang dilakukan paranormal dari Banten, piyungan dan Muntilan.
Pada penyembuh yang menggunakan kapas diberi minyak goreng, dapat dideskipsikan tahapnya. Setelah penderita ditanya dan didiagnosa bahwa penyakit yang diderita adalah akibat dari penyakit non medis, selanjutnya penyembuh akan mengalungkan tasbih dan kemudian menempelkan kapas yang sudah diberi minyak goreng yang kemudian dimantrai. Kapas tersebut kemudian diusap-usapkan ke bagian tubuh yang sakit. Menurut data yang dikumpulkan, setelah hal itu dilakukan, maka rasa sakitnya menjadi hilang. Penyembuh yang menggunakan media seperti ini adalah penyembuh yang merupakan informan yang tinggal di Wonosari.
Sementara itu pola pengobatan yang dilakukan penyembuh dari Jakarta menggunakan minyak Jakfaron sebagai media. Setelah penyembuh meneliti secara holistik keadaan penderita, kemudian mengusap-usapkan minyak Jakfaron ke bagian-bagian tubuh yang sakit disertai membaca ayat-ayat suci Al Qur'an. Setelah tahap tersebut dilakukan, dilanjutkan dengan pemijatan. Tujuan pemijatan untuk menetralisir hawa buruk yang masuk ke tubuh, pemijatan ditujukan pula untuk membenahi syaraf-syaraf yang tidak tertata karena adanya penyakit-penyakit yang disebabkan oleh penyakit non medis.
Pada penyembuhan penyakit menggunakan pusaka, peneliti melihat informan melakukan pengobatan dengan cara menempelkan sejenis keris berbilah seperti wayang. Keris tersebut kemudian diberi minyak yang merupakan campuran minyak cendana, minyak jarak, dan air dari kembang setaman. Pusaka tersebut ditempelkan di betis kanan atau kiri. Pada betis kanan, bila penderita merasakan sakit di sebelah kiri, demikian pula sebaliknya. Selanjutnya penderita tidak boleh menggerakkan bagian tubuh yang ditempeli pusaka tersebut, bahkan dianjurkan untuk tidur.
Pada penggunaan media telur, penyembuh menempelkan telur ke bagian tertentu yang merupakan bagian yang bisa dilewati oleh benda-benda atau makhluk yang akan dikeluarkan, pemilihan bagian tersebut diperkirakan agar tidak melukai secara fisik tubuh penderita. Pada penelitian yang dilakukan, telur biasanya ditempelkan di perut, leher, ketiak diikat dengan selendang yang sudah diberi rajah. Pada penyembuh yang tinggal di banten, pengambilan penyakit dengan media telur dilapisi dengan daun Ki Angin, atau Obat Gosok tertentu. Penambahan daun atau obat gosok tersebut untuk mempercepat penarikan penyakit yang ada dalam tubuh penderita. Adapun lama waktu untuk penempelan telur adalah sekitar dua puluh menit.
Selanjutnya setelah telur diangkat kemudian dipecah akan keluar benda-benda tertentu, darah atau lumpur atau bahkan telur tersebut berubah seperti telur matang. Pengangkatan memakai telur memakai saat-saat tertentu, biasanya menggunakan perhitungan waktu yang telah dihitung oleh penyembuh tersebut. Hal tersebut untuk memperhitungkan kekuatan tenaga dalam penyembuh tersebut dengan kekuatan benda asing atau pun makhluk yang ada pada tubuh penderita.
Sementara itu penyembuhan yang dilakukan oleh penyembuh dari Piyungan menggunakan telur yang dipegangi oleh penyembuh untuk beberapa menit. Setelah telur ditempelkan ke tubuh pasien, akan disertai dengan tenaga dalam yang disalurkan melalui telur tersebut, maka akan terasa efek seperti menyedot dari telur tersebut, bila dalam tubuh pasien ada energi negatif yang menempelnya. Berbeda dengan penyembuh sebelumnya, pada penyembuh dengan pola ini tidak memperbolehkan telur tersebut dipecah, karena energi negatif yang sudah terkumpul dalam telur tersebut dapat kembali masuk ke tubuh penderita. Selanjutnya telur tersebut dilabuh ke sungai.
Pada pola ini kadang-kadang penyembuh mempunyai kemampuan khusus untuk mewujudkan penyebab penyakit tersebut berupa benda-benda atau barang-barang tertentu atau bahkan binatang yang dikeluarkan da tubuh pasien. Benda-benda tersebut dapat berupa jarum, paku, pecahan kaca, kelereng, besi, alau benda-benda runcing, duri, belerang, kemenyan, atau bahkan kecoak, siput, dst. Menurut keterangan yang didapatkan, jenis-jenis benda yang dikeluarkan dari tubuh pasien menunjukkan dari mana asal santet tersebut. Pada santet yang berasal dari pantai utara, maka benda-benda yang dikeluarkan biasanya berupa binatang-binatang laut, seperti kerang, batu_batu yang berasal dari laut, benda-benda tajam yang sering terdampar di pantai pantai.
Pada santet yang berasal dari Jawa Barat dan Jawa Tengah biasanya berupa benda-benda tajam seperti pisau, keris, paku, jarum, serbuk besi, ijuk, pecahan kaca, paku emas. Binatang seperti misalnya kalajengking, kecoak, siput. kelabang dan batu-batu seperti permata, belerang, kemenyan. Bahkan bunga seperti misalnya bunga kantil. Dari informasi yang dilakukan kepada para pasien, setelah benda-benda tersebut dikeluarkan, maka pasien tersebut akan merasa nyaman dan kemudian berangsur-angsur sembuh. Pada penderita yang ditemui, setelah tubuhnya dibersihkan, maka nafsu makannya berangsur-angsur menjadi baik kembali, bahkan pada penderita kemudian berat badannya kembali ke arah normal, setelah sebelumnya mengalami penurunan yang amat tajam.
Untuk mengeluarkan benda-benda dari tubuh pasien, biasanya penyembuh akan mendengarkan dan menanyai keluhan sakit pasien. Setelah itu penyembuh secara holistik akan melihat sejauh mana dan bagaimana kondisi pasien tersebut. Dari penyelidikan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh penyakit medis atau non medis.
Setelah dilakukan pembersihan pada tubuh pasien biasanya penyembuh akan melakukan pemagaran baik di tubuh pasien maupun di lingkungan tempat tinggal atau tempat bekerja pasien, agar ia aman dari serangan berikutnya. Pemagaran yang dilakukan biasanya menggunakan rajah atau benda-benda tertentu seperti halnya paku emas, atau batu. Cara-cara ini dilakukan oleh paranormal dari Jawa Timur, Banten, dan Jakarta. Rajah-rajah tersebut akan dipasang di muka pintu utama dan pintu-pintu masuk di masing-masing kamar.
Pemagaran dengan cara rni dilakukan oleh penyembuh dari Jawa Timur dan Piyungan Yogyakarta. Demikian pula untuk paku, biasanya menggunakan paku emas, akan dipasang di setiap sudut rumah. Pemagaran dengan cara demikian dilakukan oleh penyembuh dari Banten. Pemagaran dengan menggunakan batu akan dipasang di titik tengah rumah dan di setiap sudut rumah pemagaran yang demikian dilakukan oleh penyembuh dan Jakarta.
Adapun perangkat yang digunakan untuk penyembuhan tersebut disamping kemampuan batin, kekuatan doa, bantuan makhluk non fisik, bantuan obat tradisional, penggunaan alat bantu/ jimat, dan lain-lain.
Selain cara tersebut, peneliti menemukan cara penyembuhan dengan model prewangan. Dalam hal ini paranormal tersebut menyediakan tubuhnya sebagai media untuk bertemu dan dimasuki arwah leluhur, pepundhen atau orang suci. Pola yang demikian dilakukan oleh penyembuh dan paranormal dari Piyungann dan Banlen. Pola prewangan model lain adalah meminta seseorang yang biasanya adalah asisten paranonral tersebut untuk dapat dimasuki oleh roh leluhur yang akan diundangnya. Dengan bantuan arwah yang kemudian berbicara melalui tubuh paranormal tersebut, maka solusi untuk mengatasi penyakitnya didapat. Ha1 tersebut ditemukan pada pola yang dilakukan oleh paranomal dari Bantul, Jawa Barat, dan Banten.
Pada penyembuhan yang dilakukan oleh paranormal dari Banten, setelah roh leluhur yang dipanggil oleh paranormal tersebut masuk ke tubuh paranormal tersebut, kemudian melalui tubuh paranonnal tersebut, roh tersebut akan mencabuti penyakit yang ada di tubuh penderita. Di samping itu juga melalui tubuh tersebut roh leluhur tersebut menerapi dengan memberi tenaga dalam ke penderita sehingga penderita hilang penyakitnya.
Pada peristiwa ini kadang kadang terjadi pertarungan yang cukup seru antara roh leluhur dengan makhluk-makhluk yang mengganggu penderita. Lebih jauh paranormal yang sudah dirasuki oleh roh leluhur tersebut dapat memberi tahu di mana sarang-sarang penyakit yang selama itu mengganggu si penderita, mungkin sarang penyakit tersebut ada di rumah, atau di tempat bekerja si penderita. Selanjutnya roh tersebut juga akan memberi tahu tingkat bahaya dari santet tersebut. Dan langkah-langkah apa yang harus dilakukan oleh penderita.
2. Pola religius keagamaan
Pola ini dibagi menjadi dua, yaitu pola religius agama islam dan non islam seperti Nasrani. Namun karena keterbatasan waktu maka penyembuhan dengan memakai pola agama Nasrani belum dilakukan.
Penyembuhan dengan memakai pola religius keagamaan Islam menggunakan cara Ruqyah. Penyembuh biasanya adalah seorang kyai yang sudah terlatih untuk melakukan ruqyah. Dengan dibacakan ayat-ayat suci Al Quran, maka semua kekuatan buruk, kekuatan makhluk halus dan penyakit yang disebabkan oleh penyakit non medis akan keluar. Pada proses keluarnya hawa buruk dan makhluk-makhluk tersebut disertai rontaan penderita dan muntah secara terus-menerus. Penyembuh dengan pola ini ditemukan di Purwamartani dan Banten.
3. Pola perpaduan pola Ruqyah dan pola tradisional
Pada pola ini penyembuh yang biasanya adalah seorang kyai akan berkolaborasi dengan paranormal. Hal itu dilakukan agar proses pengeluaran penyakit dapat dilakukan dengan cepat dan tuntas. Sementara Kyai membacakan doa-doanya, sementara itu paranormal membacakan mantranya untuk mendorong dengan kekuatan tenaga dalamnya agar penyakit tersebut dapat segera keluar.
Kendala yang lain yang dialami oleh penyembuh dengan pola tradisional adalah adanya pendapat masyarakat yang secara semena-mena menghakimi bahwa para penyembuh ini dituduh sebagai orang yang sengaja menciptakan atau memindahkan benda-benda tersebut untuk tujuan komersial. Menurut wawancara yang dilakukan, hal tersebut sesungguhnya adalah tidak adil. Rata-rata para penyembuh yang ditemui peneliti, melakukan pertolongan kepada para penderita, tidak dengan sifat komersial. Mereka melakukan praktek pengobatan secara tradisional, publikasi dilakukan dari mulut ke mulut.
Oleh karena itu mereka juga tidak mematok imbalan bagi para pasien. Seberapa pun uang yang diberikan para penderita atau pengunjung diterimanya dengan ikhlas. Kadang-kadang nilai yang diberikan kepada para penyembuh ini tidak sesuai dengan laku yang sudah dijalaninya. Kadang kadang para penderita hanya memberikan imbalan berupa gula teh atau kebutuhan gula dan teh atau hanya rokok. Apabila kenyataan tersebut kemudian dibandingkan dengan tuduhan yang ditujukan kepada para penyembuh tersebut maka menjadi tidak adil.
1. Pola tradisional
Pada pola ini penyembuh santet biasanya adalah seorang paranormal, dukun, kyai atau orang pintar. Secara garis besar pola ini dapat dipilah dalam tahap-tahap sebagai berikut:
Pengangkatan penyakit
Untuk Memecah kekuatan yang menyebabkan sakit, penderita menggunakan doa, mantra atau pun rapal yang berasal dari ayat-ayal suci Al Quran, atau mantra dan rapal yang berasal dari teks-teks Jawa sakral. Pada penyembuhan model ini penyembuh akan membersihkan tubuh pasien dari pengaruh atau santet yang melingkupinya dengan kekuatan doa, mantra alau rapal tadi. Sebagai media agar doa, rapal dan mantra tersebut dapat masuk ke tubuh biasanya dibacakan pada air putih yang kemudian diminumkan ke pasien. Sisa air putih tersebut biasanya kemudian diborehkan ke seluruh tubuh pasien yang sakit.
Dari penelitian yang dlakukan menunjukkan bahwa media yang digunakan disamping air putih adalah kapas yang diberi minyak goreng, air bunga, jenis minyak tertentu seperti minyak malaikat subuh, Jakfaron, dst. Pola seperti itu dilakukan oleh paranormal dari Jakarta, Banten, Boyolali, dan piyungan. Ada pula yang menggunakan pusaka yang kemudian ditempelkan ke tubuh pasien untuk menyedot penyakit. cara ini dilakukan oleh paranormal yang bermukim di Drini Piyungan. Disamping itu digunakan pula telur ayam kampung yang digunakan untuk menyedot penyakit yang diderita. Seperti yang dilakukan paranormal dari Banten, piyungan dan Muntilan.
Pada penyembuh yang menggunakan kapas diberi minyak goreng, dapat dideskipsikan tahapnya. Setelah penderita ditanya dan didiagnosa bahwa penyakit yang diderita adalah akibat dari penyakit non medis, selanjutnya penyembuh akan mengalungkan tasbih dan kemudian menempelkan kapas yang sudah diberi minyak goreng yang kemudian dimantrai. Kapas tersebut kemudian diusap-usapkan ke bagian tubuh yang sakit. Menurut data yang dikumpulkan, setelah hal itu dilakukan, maka rasa sakitnya menjadi hilang. Penyembuh yang menggunakan media seperti ini adalah penyembuh yang merupakan informan yang tinggal di Wonosari.
Sementara itu pola pengobatan yang dilakukan penyembuh dari Jakarta menggunakan minyak Jakfaron sebagai media. Setelah penyembuh meneliti secara holistik keadaan penderita, kemudian mengusap-usapkan minyak Jakfaron ke bagian-bagian tubuh yang sakit disertai membaca ayat-ayat suci Al Qur'an. Setelah tahap tersebut dilakukan, dilanjutkan dengan pemijatan. Tujuan pemijatan untuk menetralisir hawa buruk yang masuk ke tubuh, pemijatan ditujukan pula untuk membenahi syaraf-syaraf yang tidak tertata karena adanya penyakit-penyakit yang disebabkan oleh penyakit non medis.
Pada penyembuhan penyakit menggunakan pusaka, peneliti melihat informan melakukan pengobatan dengan cara menempelkan sejenis keris berbilah seperti wayang. Keris tersebut kemudian diberi minyak yang merupakan campuran minyak cendana, minyak jarak, dan air dari kembang setaman. Pusaka tersebut ditempelkan di betis kanan atau kiri. Pada betis kanan, bila penderita merasakan sakit di sebelah kiri, demikian pula sebaliknya. Selanjutnya penderita tidak boleh menggerakkan bagian tubuh yang ditempeli pusaka tersebut, bahkan dianjurkan untuk tidur.
Pada penggunaan media telur, penyembuh menempelkan telur ke bagian tertentu yang merupakan bagian yang bisa dilewati oleh benda-benda atau makhluk yang akan dikeluarkan, pemilihan bagian tersebut diperkirakan agar tidak melukai secara fisik tubuh penderita. Pada penelitian yang dilakukan, telur biasanya ditempelkan di perut, leher, ketiak diikat dengan selendang yang sudah diberi rajah. Pada penyembuh yang tinggal di banten, pengambilan penyakit dengan media telur dilapisi dengan daun Ki Angin, atau Obat Gosok tertentu. Penambahan daun atau obat gosok tersebut untuk mempercepat penarikan penyakit yang ada dalam tubuh penderita. Adapun lama waktu untuk penempelan telur adalah sekitar dua puluh menit.
Selanjutnya setelah telur diangkat kemudian dipecah akan keluar benda-benda tertentu, darah atau lumpur atau bahkan telur tersebut berubah seperti telur matang. Pengangkatan memakai telur memakai saat-saat tertentu, biasanya menggunakan perhitungan waktu yang telah dihitung oleh penyembuh tersebut. Hal tersebut untuk memperhitungkan kekuatan tenaga dalam penyembuh tersebut dengan kekuatan benda asing atau pun makhluk yang ada pada tubuh penderita.
Sementara itu penyembuhan yang dilakukan oleh penyembuh dari Piyungan menggunakan telur yang dipegangi oleh penyembuh untuk beberapa menit. Setelah telur ditempelkan ke tubuh pasien, akan disertai dengan tenaga dalam yang disalurkan melalui telur tersebut, maka akan terasa efek seperti menyedot dari telur tersebut, bila dalam tubuh pasien ada energi negatif yang menempelnya. Berbeda dengan penyembuh sebelumnya, pada penyembuh dengan pola ini tidak memperbolehkan telur tersebut dipecah, karena energi negatif yang sudah terkumpul dalam telur tersebut dapat kembali masuk ke tubuh penderita. Selanjutnya telur tersebut dilabuh ke sungai.
Pada pola ini kadang-kadang penyembuh mempunyai kemampuan khusus untuk mewujudkan penyebab penyakit tersebut berupa benda-benda atau barang-barang tertentu atau bahkan binatang yang dikeluarkan da tubuh pasien. Benda-benda tersebut dapat berupa jarum, paku, pecahan kaca, kelereng, besi, alau benda-benda runcing, duri, belerang, kemenyan, atau bahkan kecoak, siput, dst. Menurut keterangan yang didapatkan, jenis-jenis benda yang dikeluarkan dari tubuh pasien menunjukkan dari mana asal santet tersebut. Pada santet yang berasal dari pantai utara, maka benda-benda yang dikeluarkan biasanya berupa binatang-binatang laut, seperti kerang, batu_batu yang berasal dari laut, benda-benda tajam yang sering terdampar di pantai pantai.
Pada santet yang berasal dari Jawa Barat dan Jawa Tengah biasanya berupa benda-benda tajam seperti pisau, keris, paku, jarum, serbuk besi, ijuk, pecahan kaca, paku emas. Binatang seperti misalnya kalajengking, kecoak, siput. kelabang dan batu-batu seperti permata, belerang, kemenyan. Bahkan bunga seperti misalnya bunga kantil. Dari informasi yang dilakukan kepada para pasien, setelah benda-benda tersebut dikeluarkan, maka pasien tersebut akan merasa nyaman dan kemudian berangsur-angsur sembuh. Pada penderita yang ditemui, setelah tubuhnya dibersihkan, maka nafsu makannya berangsur-angsur menjadi baik kembali, bahkan pada penderita kemudian berat badannya kembali ke arah normal, setelah sebelumnya mengalami penurunan yang amat tajam.
Untuk mengeluarkan benda-benda dari tubuh pasien, biasanya penyembuh akan mendengarkan dan menanyai keluhan sakit pasien. Setelah itu penyembuh secara holistik akan melihat sejauh mana dan bagaimana kondisi pasien tersebut. Dari penyelidikan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh penyakit medis atau non medis.
Setelah dilakukan pembersihan pada tubuh pasien biasanya penyembuh akan melakukan pemagaran baik di tubuh pasien maupun di lingkungan tempat tinggal atau tempat bekerja pasien, agar ia aman dari serangan berikutnya. Pemagaran yang dilakukan biasanya menggunakan rajah atau benda-benda tertentu seperti halnya paku emas, atau batu. Cara-cara ini dilakukan oleh paranormal dari Jawa Timur, Banten, dan Jakarta. Rajah-rajah tersebut akan dipasang di muka pintu utama dan pintu-pintu masuk di masing-masing kamar.
Pemagaran dengan cara rni dilakukan oleh penyembuh dari Jawa Timur dan Piyungan Yogyakarta. Demikian pula untuk paku, biasanya menggunakan paku emas, akan dipasang di setiap sudut rumah. Pemagaran dengan cara demikian dilakukan oleh penyembuh dari Banten. Pemagaran dengan menggunakan batu akan dipasang di titik tengah rumah dan di setiap sudut rumah pemagaran yang demikian dilakukan oleh penyembuh dan Jakarta.
Adapun perangkat yang digunakan untuk penyembuhan tersebut disamping kemampuan batin, kekuatan doa, bantuan makhluk non fisik, bantuan obat tradisional, penggunaan alat bantu/ jimat, dan lain-lain.
Selain cara tersebut, peneliti menemukan cara penyembuhan dengan model prewangan. Dalam hal ini paranormal tersebut menyediakan tubuhnya sebagai media untuk bertemu dan dimasuki arwah leluhur, pepundhen atau orang suci. Pola yang demikian dilakukan oleh penyembuh dan paranormal dari Piyungann dan Banlen. Pola prewangan model lain adalah meminta seseorang yang biasanya adalah asisten paranonral tersebut untuk dapat dimasuki oleh roh leluhur yang akan diundangnya. Dengan bantuan arwah yang kemudian berbicara melalui tubuh paranormal tersebut, maka solusi untuk mengatasi penyakitnya didapat. Ha1 tersebut ditemukan pada pola yang dilakukan oleh paranomal dari Bantul, Jawa Barat, dan Banten.
Pada penyembuhan yang dilakukan oleh paranormal dari Banten, setelah roh leluhur yang dipanggil oleh paranormal tersebut masuk ke tubuh paranormal tersebut, kemudian melalui tubuh paranonnal tersebut, roh tersebut akan mencabuti penyakit yang ada di tubuh penderita. Di samping itu juga melalui tubuh tersebut roh leluhur tersebut menerapi dengan memberi tenaga dalam ke penderita sehingga penderita hilang penyakitnya.
Pada peristiwa ini kadang kadang terjadi pertarungan yang cukup seru antara roh leluhur dengan makhluk-makhluk yang mengganggu penderita. Lebih jauh paranormal yang sudah dirasuki oleh roh leluhur tersebut dapat memberi tahu di mana sarang-sarang penyakit yang selama itu mengganggu si penderita, mungkin sarang penyakit tersebut ada di rumah, atau di tempat bekerja si penderita. Selanjutnya roh tersebut juga akan memberi tahu tingkat bahaya dari santet tersebut. Dan langkah-langkah apa yang harus dilakukan oleh penderita.
2. Pola religius keagamaan
Pola ini dibagi menjadi dua, yaitu pola religius agama islam dan non islam seperti Nasrani. Namun karena keterbatasan waktu maka penyembuhan dengan memakai pola agama Nasrani belum dilakukan.
Penyembuhan dengan memakai pola religius keagamaan Islam menggunakan cara Ruqyah. Penyembuh biasanya adalah seorang kyai yang sudah terlatih untuk melakukan ruqyah. Dengan dibacakan ayat-ayat suci Al Quran, maka semua kekuatan buruk, kekuatan makhluk halus dan penyakit yang disebabkan oleh penyakit non medis akan keluar. Pada proses keluarnya hawa buruk dan makhluk-makhluk tersebut disertai rontaan penderita dan muntah secara terus-menerus. Penyembuh dengan pola ini ditemukan di Purwamartani dan Banten.
3. Pola perpaduan pola Ruqyah dan pola tradisional
Pada pola ini penyembuh yang biasanya adalah seorang kyai akan berkolaborasi dengan paranormal. Hal itu dilakukan agar proses pengeluaran penyakit dapat dilakukan dengan cepat dan tuntas. Sementara Kyai membacakan doa-doanya, sementara itu paranormal membacakan mantranya untuk mendorong dengan kekuatan tenaga dalamnya agar penyakit tersebut dapat segera keluar.
Referensi:
Ruslani, 2003 Tabir Mistik Alam Ghaib dan Perdukunan dalam Alam Sains dan Agama. Yogyakarta: Tinta.
Endaaswara, Suwardi, 2003. Mistik Kejawen, Sinkretisme, Simbolisme dan Sufisme dalam budaya spiritual Jawa, Yogyakarta : Narasi.
Komentar
Posting Komentar