Bencana alam tampak semakin meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh proses alam maupun manusia itu sendiri yang menyebabkan korban jiwa, harta benda maupun material cukup besar. Bencana alam dapat dipicu oleh adanya penggundulan hutan, pembukaan lahan usaha di lereng-lereng pegunungan, dan pembuatan sawah-sawah basah pada daerah-daerah lereng lembah yang curam. Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap bencana alam karena terletak pada daerah yang aktif tektonik dan vulkanik sebagai akibat pertemuan tiga lempeng tektonik, yaitu Lempeng India-Australia, Pasifik, dan Eurasia. Salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia adalah bencana banjir
Indonesia berlokasi di wilayah rawan terhadap berbagai kejadian bahaya alam, yaitu bencana geologi (gempa, gunung api, longsor, tsunami dan sebagainya) dan hidrometeorologi (banjir, kekeringan, pasang surut, gelombang besar, dan sebagainya). Kita mengenal pula Peringatan Dini Banjir. Peringatan dini dikeluarkan sesaat sebelum terjadinya bencana banjir. Selama ini, sistem peringatan dini banjir di Indonesia disampaikan berdasarkan tahapan kondisi siaga yang didasarkan tinggi muka air di beberapa pos pengamatan dan pintu air.
Kondisi morfologi Indonesia yaitu relief bentang alam yang sangat bervariasi dan banyaknya sungai yang mengalir diantaranya, menyebabkan selalu terjadi banjir di Indonesia pada setiap musim penghujan. Banjir umumnya terjadi di wilayah Indonesia bagian Barat yang menerima curah hujan lebih banyak dibandingkan dengan wilayah Indonesia bagian Timur. Faktor kondisi alam tersebut diperparah oleh meningkatnya jumlah penduduk yang menjadi faktor pemicu terjadinya Banjir secara tidak langsung. Tingkah laku manusia yang tidak menjaga kelestarian hutan dengan melakukan penebangan hutan yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan peningkatan aliran air permukaan yang tinggi dan tidak terkendali sehingga terjadi kerusakan lingkungan di daerah satuan wilayah sungai.
Bencana banjir di Indonesia yang terjadi setiap tahun terbukti menimbulkan dampak pada kehidupan manusia dan lingkungannya terutama dalam hal korban jiwa dan kerugian materi. Sebagai contoh pada tahun 2006 banjir bandang di daerah Jember Jawa Timur telah menyebabkan 92 orang meninggal dan 8.861 orang mengungsi serta di daerah Trenggalek telah menyebabkan 18 orang meninggal. Di Manado (Provinsi Sulawesi Utara) juga terjadi banjir disertai tanah longsor yang menyebabkan 27 orang meningal dengan jumlah pengungsi mencapai 30.000 orang. Banjir disertai tanah longsor juga melanda Sulawesi Selatan pada bulan Juni 2006 dengan korban lebih dari 200 orang meninggal dan puluhan orang dinyatakan hilang (data BAKORNAS PB, 23 Juni 2006 dalam RAN PRB).
Banjir terjadi pada saat pergerakan massa air dalam bentuk aliran permukaan terhambat oleh rendahnya kapasitas pembuangan sehingga terjadi genangan di wilayah tersebut.
Daerah rawan banjir memiliki ciri ciri khas sebagai berikut :
- Daerah dengan topografi berupa cekungan dan/atau dataran landai, di mana elevasi tanah mendekati atau di bawah muka air laut.
- Daerah dataran banjir alami seperti rawa dan bantaran sungai.
- Daerah Aliran Sungai (DAS) yang melampaui batas kritis, dengan ciri-ciri : tanah tandus, rasio debit maksimum terhadap debit minimum sangat besar (sungai sangat kering di saat kemarau dan sangat penuh di saat hujan).
- Daerah dengan curah/intensitas hujan sangat tinggi.
- Daerah dengan sistem saluran pembuangan air penuh dengan sampah.
- Daerah pantai yang rawan terhadap badai tropis.
- Daerah pantai yang rawan tsunami yang bisa diakibatkan oleh gempa tektonik dasar laut maupun gempa akibat gunung api aktif yang terletak di dasar laut seperti krakatau.
- Daerah hilir dam terutama yang telah beroperasi cukup lama.
Gejala yang paling popular yang sering terjadi pada korban korban bencana adalah stres dan stres paska trauma. Persiapkan dirilah sebelum datangnya banjir karena bencana banjir datang secara tiba2 atau pun tidak. Bencana datang kapan saja dan di mana saja.
Komentar
Posting Komentar