Pemanasan bumi disebut juga pemanasan global, yang diakibatkan oleh kerusakan ozon (O3) yang terus meningkat. Kerusakan ozon yang dipicu oleh kian tingginya konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer, mengatrol temperatur bumi yang diprediksi mencapai 1 serajat - 3 derajat Celsius. Kerusakan ozon yang tinggi di atmosfer (stratosfer) berpotensi mengubah pola cuaca secara ekstrim dan perubahan iklim.
Peningkatan gas rumah kaca (GRK) seperti CO2, metana, dinitro oksida dan CFC (Chlorofluorocarbons) dihasilkan dari penggunaan bahan bakar minyak seperti, alat untuk transportasi, pembangkit listrik, styrofoam, perlengkapan kosmetika dan perusakan hutan. Disamping itu juga penggunaan AC yang mengandung klorin (CFC) dimana sudah menjadi kebutuhan pada mobil, ruangan dalam rumah, hotel, kantor, bioskop, rumah sakit dan lain-lain, kian memperburuk efek rumah kaca dan mencederai lapisan ozon.
Abad industrialisasi ikut merusak keseimbangan atmosfer, karena mengeluarkan milyaran ton gas karbon ke udara yang dilakukan oleh negara-negara industri dan berjuta-juta ton gas metana disemburkan dari eksplorasi gas bumi. Akhirnya udara atmosfer menjadi perangkap panas yang bermetamorfosa menjadi selimut rumah kaca yang menyekap panas sinar matahari dan mendorong naiknya panas bumi.
Gas rumah kaca dianggap sebagai penyebab utama perubahan iklim atau pemanasan global. Menurut para ahli, ini disebabkan meningkatnya gas karbon dioksida dan partikel polutan lainnya di atmosfer bumi, yang diibaratkan selimut-selimut gas tersebut menghalangi energi panas yang dipantulkan kembali oleh bumi ke ruang angkasa.
Beberapa efek dari gas rumah kaca adalah sebagai berikut:
1. Radiasi matahari
Sinar matahari merambat menembus atmosfer. Sebagian diserap permukaan bumi dan sebagian lagi dipantulkan ke angkasa. Panas sinar matahari yang merambat sebesar 343 watt per m2 setara dengan 403 trilyun bola lampu 60 watt. Jumlah panas yang diserap sebesar 168 watt per m2 atau setara dengan 197 trilyun bola lampu 60 watt. Sedangkan yang dipantulkan sebesar 103 watt per m2 setara dengan 121 trilyun bola lampu 60 watt.
Sinar matahari merambat menembus atmosfer. Sebagian diserap permukaan bumi dan sebagian lagi dipantulkan ke angkasa. Panas sinar matahari yang merambat sebesar 343 watt per m2 setara dengan 403 trilyun bola lampu 60 watt. Jumlah panas yang diserap sebesar 168 watt per m2 atau setara dengan 197 trilyun bola lampu 60 watt. Sedangkan yang dipantulkan sebesar 103 watt per m2 setara dengan 121 trilyun bola lampu 60 watt.
2. Radiasi infra merah
Panas matahari yang dipantulkan terperangkap di dalam atmosfer, yang mengakibatkan permukaan bumi mengalami perubahan suhu dan semakin panas karena radiasi infra merah. Pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi dan gas alam yang melepas karbon dioksida (CO2) dan gas-gas lainnya mengakibatkan emisi gas rumah kaca (GRK) ke atmosfer yang semakin kaya dengan gas-gas rumah kaca akan menjadi insulator yang menahan lebih banyak panas matahari yang dipancarkan ke bumi.
Panas matahari yang dipantulkan terperangkap di dalam atmosfer, yang mengakibatkan permukaan bumi mengalami perubahan suhu dan semakin panas karena radiasi infra merah. Pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi dan gas alam yang melepas karbon dioksida (CO2) dan gas-gas lainnya mengakibatkan emisi gas rumah kaca (GRK) ke atmosfer yang semakin kaya dengan gas-gas rumah kaca akan menjadi insulator yang menahan lebih banyak panas matahari yang dipancarkan ke bumi.
3. Efek umpan balik
Efek-efek dari agen penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Apakah ini akan mengurangi atau meningkatkan gas rumah kaca. Umpan balik hanya dapat dibalikkan secara perlahan-lahan, karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer. Tanpa umpan balik, manusia akan merasakan jumlah CO2 yang lebih besar di atmosfer akibatnya, terjadi peningkatan temperatur bumi rata-rata naik 1.2ยบ Celsius.
Efek-efek dari agen penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Apakah ini akan mengurangi atau meningkatkan gas rumah kaca. Umpan balik hanya dapat dibalikkan secara perlahan-lahan, karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer. Tanpa umpan balik, manusia akan merasakan jumlah CO2 yang lebih besar di atmosfer akibatnya, terjadi peningkatan temperatur bumi rata-rata naik 1.2ยบ Celsius.
4. Uap air
Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menyerap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara hingga tercapainya suatu keseimbangan konsentrasi uap air. Efek gas rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. Umpan balik in meningkatkan kandungan air absolut di udara sehingga kelembaban relatif udara hampir konstant atau bahkan lebih menurun karena udara menjadi penghangat.
Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menyerap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara hingga tercapainya suatu keseimbangan konsentrasi uap air. Efek gas rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. Umpan balik in meningkatkan kandungan air absolut di udara sehingga kelembaban relatif udara hampir konstant atau bahkan lebih menurun karena udara menjadi penghangat.
5. Laut es
Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es. Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit dibandingkan dengan es dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair yang akan menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.
Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es. Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit dibandingkan dengan es dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair yang akan menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.
6. Awan
Efek-efek umpan balik karena pengaruh awan. Awan akan memantulkan radiasi infra merah balik ke permukaan sehingga akan menaikkan efek pemanasan.
Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Efek nettonya pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut.
Referensi:
Seo.S., and Hwang, M (1996). “ Global Warming and Global Dioxide Emission: An empirical study.” Jurnal Environmental and Management., London, 46, 327- 343.
IPCC, 2001 IPCC, 2001; Climate Change 2001; Impacts, Adaptation and Vulnerability. Contribution of working Group II to the Third Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change (Mc Carthy,J,J., O.F. Canziani.,N.A Learly, D.J.Dokken, and K.S.White (eds). Cambridge University Press, Cambridge, United Kingdom, and New York, NY,USA,1032 pp. Coastal Zone and Sea Level Rise Information in chapter 4 and chapter 6.
IPCC, 2001 IPCC, 2001; Climate Change 2001; Impacts, Adaptation and Vulnerability. Contribution of working Group II to the Third Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change (Mc Carthy,J,J., O.F. Canziani.,N.A Learly, D.J.Dokken, and K.S.White (eds). Cambridge University Press, Cambridge, United Kingdom, and New York, NY,USA,1032 pp. Coastal Zone and Sea Level Rise Information in chapter 4 and chapter 6.
Komentar
Posting Komentar