Manusia dalam menghadapi berbagai permasalahan memilih jalan keluar yang rasional, ada pula yang irasional. Jalan yang rasional tentu dilakukan berkaitan dengan melalui cara berpikir logis dan empiris. Namun fakta sosial menyatakan bahwa masyarakat banyak mencari hal-hal mistis. Salah satu nya mereka mencari jalan keluar permasalahan hidupnya melalui pertanyaan atau paranormal. Agama seringkali menjadi salah satu jalan keluar dari berbagai persoalan tersebut. Walau begitu, tak sedikit pula yang bertentangan dengan ajaran agama itu sendiri. Fenomena sebuah fakta sosial yang nyata terjadi di masyarakat. Sebagai contoh, dari mulai pemilihan kepala desa, pencalonan anggota dewan, bupati, gubernur dan presiden tak bisa dilepaskan dari hal tersebut.
Masyarakat memiliki reaksi yang bersifat menggunakan warisan sistem budaya dan ada pula yang bereaksi dengan yang tidak tersistem. Warisan sistem budaya dalam kaitannya dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah warisan budaya mengenai kepercayaan masyarakat terhadap dukun. Jika dihubungkan dengan kepercayaan terhadap dukun yang memang telah menjadi tradisi dari nenek moyang maka dapat dipahami bahwa masyarakat yang masih memiliki kepercayaan terhadap dukun saat ini adalah mereka yang tetap mempertahankan warisan sistem budaya yang telah terinternalisasi dalam individu di masyarakat.
Secara umum status paranormal dan dukun dalam kacamata masyarakat awam Indonesia dipandang sebagai sebuah status sosial yang terhormat dan bergengsi. Hal tersebut terlihat dari maraknya kalangan pejabat, pengusaha kecil, konglomerat, pedagang asongan, petani, nelayan, kaum pelajar, politikus hingga pelacur, untuk melancarkan usahanya datang ramai-ramai ke paranormal, dukun atau kyai karomah.
Terdapat beberapa faktor penyebab mayoritas masyarakat Indonesia mempercayai dukun, yaitu:
1. Akar budaya Indonesia. keyakinan yang dianut masyarakat nusantara sebelum masuk agama Islam adalah agama Hindu, Budha, Animisme, dan Dinamisme.
2. Mereka tidak berpegang teguh kepada akidah yang benar ditambah jauhnya mereka dari ilmu agama dan para ulama rabbani.
3. Kurang sabar dalam menerima ujian kemiskinan, baik yang menimpa para dukun maupun pasiennya.
4. Banyak kalangan bisnisman dan elit politik yang memanfaatkan jasa dukun dan paranormal untuk kelancaran usaha dan politiknya, sehingga mereka menjadi panutan orang-orang awam untuk mendatangi para dukun karena ngiler dengan kesuksesan dan keberhasilan mereka.
5. Jalan pintas untuk mencapai kesuksesan ini dianggap paling mudah dan ringan, apalagi setelah melihat banyak bukti dan beragam cerita dari orang-orang yang berhasil dalam waktu singkat dengan
memanfaatkan jasa paranormal.
memanfaatkan jasa paranormal.
6. Pemerintah yang terkesan membiarkan, bahkan cenderung mendukung praktik perdukunan, karena tidak ada sanksi tegas dan hukuman yang jelas buat mereka yang menyesatkan umat dunia. Mereka
menjadikan orang pintar, paranormal, dukun, tabib dan sebagainya sebagai tempat bertanya, tempat mengadu, tempat mencurahkan segala keluh kesah dan tempat bersandar serta bergantung layaknya seperti tuhan; kesembilan, mayoritas masyarakat lebih percaya terhadap wejangan dukun ketimbang para ulama yang memahami Al-Quran dan As-Sunnah.
menjadikan orang pintar, paranormal, dukun, tabib dan sebagainya sebagai tempat bertanya, tempat mengadu, tempat mencurahkan segala keluh kesah dan tempat bersandar serta bergantung layaknya seperti tuhan; kesembilan, mayoritas masyarakat lebih percaya terhadap wejangan dukun ketimbang para ulama yang memahami Al-Quran dan As-Sunnah.
Komentar
Posting Komentar