Mitologi dalam masyarakat sunda dan maknanya

mitos sunda
Masyarakat Sunda sangat akrab dengan dongeng, cerita ,kisah baik yang sifatnya mistis maupun humoris dongeng-dongeng tersebut diantaranya kisah Silamsijan, Sikabayan, Sikardun. Kisah yang bersifat mistis/mitologis diantaranya yang paling terkenal kisah Mundinglaya, Sangkuriang, Situ Ciburuy, Situ Patenggang dan sebagainya. Kalau digali kisah-kisah tersebut merupakan ajaran kebaikan yang penuh dengan nasehat, untuk hidup rukun dan ramah terhadap lingkungan karena itu tidak sedikit mitologi yang berhubungan dengan lingkungan seperti gunung, air, tanah, batu pohon dan sebagainya.

1. Mitologi Gunung
Sekalipun Bandung bisa dibilang kawasan modern namun masyarakat Bandung pada umumnya tidak serta merta melupakan mitologi yang berkembang dan bertahan hingga kini, masyarakat pada umumnya mengetahui mitos-mitos Sunda terutama mitologi Gunung Tangkuban Parahu dengan hadirnya tokoh Sangkuriang. Selain Tangkuban parahu banyak pula mitologi lainnya seperti mitos Gunung Wayang, Gunung Manglayang, Gunung Padang dan sebagainya telah memberikan suasana dan wacana tersendiri bagi masyarakat Sunda khususnya yang ada di Bandung. 

Makna kepercayaan
Masyarakat Sunda mengangap bahwa gunung merupakan pelindung yang mengayomi dan melindungi manusia dari marabahaya (bencana). Dalam masyarakat Sunda bahkan terdapat sebuah ajaran dan keyakinan yang sampai sekarang masih banyak masyarakat meyakininya, seperti adanya larangan posisi rumah menghadap ke gunung karena dengan posisi seperti ini (berhadapan dengan gunung) dianggap tidak akan memberikan berkah dan kesuburan pada anggota keluarga. Posisi rumah yang dianggap ideal dan benar adalah membelakangi gunung, dengan posisi ini gunung akan melindungi dan memberi berkah dan kebahagiaan terhadap penghuninya.

2. Mitologi Air
Banyak tokoh Sunda mengungkapkan bahwa orang Sunda tidak bisa lepas dengan mitos air karena bagi masyarakat Sunda air merupakan sumber kehidupan, Mutakin, (2013) mengungkapkan orang Sunda tidak bisa hidup jauh dari air karena dalam kebudayaan Sunda air merupakan sumber kehidupan. Walapun mayoritas kehidupan masyarakat Sunda jauh dari pantai, dalam geobudaya tidak ditemukan kebudayaan Sunda yang jauh dari hulu cai (mata air/ hulu sungai). Karena itu dalam budaya Sunda banyak ditemukan mitologi yang berhubungan dengan air seperti mitologi Situ (danau), sungai, air terjun. Misalnya mitos Situ Ciburuy, Situ Patenggang, Curug Panganten dan sebagainya. Dalam budaya Sunda air memiliki makna sangat mendalam air memiliki sifat fisik dan metafisik, karena air tidak hanya berfungsi untuk membersihkan seperti dalam pupujian/syair sebagai berikut:

Dupi sadaya cai, Nu sok dianggé susuci, Éta aya tujuh rupa, Walungan nu kahiji, Cai laut nu kadua, Cai sumur katiluna, Cai ibun kaopatna, Cai és nukalimana, Cai nyusu nukagenepna, Cai hujan nuka tujuhna, Éta cai sadayana, Sah dianggo susuci. Bustomi.(2013).

Kalau dari semua air yang bisa dijadikan alat penyuci ada tujuh, air sungai yang pertama, kedua air laut, ketiga air sumur, keempat air embun, kelima air es, keenam air dari mata air, ketujuh air hujan, samua air itu bias digunakan untuk mensucikan diri.

Air tidak hanya digunakan untuk membersihkan atau mensucikan badan namun lebih dari itu air digunakan sebagai ubar/ obat. Sebuah jampe/ mantra bias menyembuhkan melalui mediasi air, dalam hal ini air merupakan media pengantar energy metafisik yang sampai sekarang masih banyak digunakan dalam sistem pengobatan tradisional, dimana air tidak hanya menyehatkan namun bias menyembuhkan penyakit cai dua/ air doa.

Air merupakan inti utama bagi kehidupan manusia, air merupakan penyeimbang alam jagat raya, yang lebih utama dalam kebudayaan Sunda adalah air sebagai sumber kesehatan karena kesehatan itu merupakan kebutuhan utama karena itu dalam Budaya Sunda terdapat ungkapan sebagai berikut:

saur sepuh, anu utama badan walagri sarta cageur, leuwih tibatan kakayaan” cageur, bageur, bener, pinter, singer.

(kata cageur yang berarti sehat jasmani dan rohani menjadi kata yang pertama dibanding sifat-sifat yang lainnya) kesehatan juga dianggap sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam daur kehidupan manusia, sejak masih dalam kandungan, kemudian dilahirkan sampai mati.

Dalam filsafat Sunda karena air sifatnya selalu berada di bawah (menyatu dengan tanah) ini memperlihatkan sebuah sifat masyarakat Sunda yang rendah hati, “someah hade ka semah” ramah kepada siapapun tanpa melihat asal usul siapa dan dari mana. Ini merupakan sifat air yang tanpa pilih-pilih semuanya diberi kehidupan oleh air. Air bukan benda mati, air memiliki ruh, sifat dan kekuatan, air simbol mitologi bagi masyarakat Sunda. Dalam ajaran Sunda (sunda wiwitan) proses penciptaan manusia berasal dari setetes air.

Makna air bagi masyarakat sunda
Bagi masyarakat Sunda air merupakan syimbol dan identitas kehidupan karena air merupakan sumber kehidupan dikatakan Suryalaga dalam Holik, (2009). Sunda itu air, karena kata Sunda dalam bahasa Sanksakerta bermakna air. Dengan demikian jelas bahwa air merupakan identitas yang telah sejak lama diyakini masyarakat Sunda. Kampung-kampung Sunda masa lalu/ jaman kerajaan Sunda selalu dekat dengan air terlebih kondisi geografis Priangan sangat banyak mata air dan sungai yang terbentuk dari gunung-gunung dan perbukitan. Ini pula yang menyebabkan masyarakat Sunda sangat dekat dengan air.

Lebih lanjut dikatakan Witfogel dalam Holik, (2009) Masyarakat Sunda sebagai hydrolic society. Masyarakat jenis ini hidupnya tidak terlepas dari air, bahkan pandangan hidupnya terbentuk dari refleksinya atas air. Dikuatkan pula dengan toponimi/ nama-nama tempat dan daerah yang ada di Tatar Pasundan banyak sekali nama-nama tempat yang diawali dengan awalan “Ci” yang bagi masyarakat Sunda kata Ci itu identik dengan air. DiBandung misalnya Cicalengka, Cimahi, Cicadas, Cigondewah, Cimenyan, Cibiru dan sebagainya. Ada pula nama daerah yang memiliki makna air dikatakan Holik, (2009) seperti Andir, Empang, Parigi, Bendungan, Balong, Léngkong, Parung, Dermaga, seke, Ranca, Curug, Parakan, Rawa, Talaga, Kali, Solokan dll.” Air dalam pengertian di atas bermakna ruang eksistensi manusia.

Pandangan masyarakat Sunda mengenai air tidak hanya sebagai sumber kehidupan air merupakan power dalam segala kegiatan dan segala aktifitas hidup manusia, air telah memberikan atribut, tanda, simbol yang tidak hanya bersifat faktual/ empirik namun lebih dari itu air memiliki makna mendalam dan akan mengantarkan manusia kepada sesuatu yang sakral dan universal. Ini ditunjukan banyaknya mata air di Tatar Pasundan yang digunakan sebagai tempat ritual, bertapa karena masyarakat Sunda lama/ buhun menganggap bahwa disitulah tempat sumber energi datang dan mengalir memberi kehidupan keseluruh alam, karena itu air tidak hanya sekedar simbol namun sekaligus sebagai pandangan hidup.


Referensi:
Thwaites, T. (2009). Introducing Cultural and Media Studies, Sebuah Pendekatan Semiotik.Yogyakarta & Bandung: Jalasutra
Ekadjati, E.S. (2005). Kebudayaan Sunda Suatu Pendekatan Sejarah.Bandung: PT. Dunia Pustaka Jaya
Bustomi (2013). Akar Budaya Indonesia Masyarakat Peramu. Bandung: Kelir

Komentar