Arsitektur Cina yang sudah hadir di negeri kita sejak beberapa abad yang lalu ditandai dengan munculnya bangunan-bangunan tempat peribadatan (Klenteng) maupun bangunan-bangunan rumah tinggal yang terdapat banyak di kawasan Pecinan, terutama di kota-kota pantai. Hal ini wajar mengingat orang-orang Cina yang datang ke negeri kita dahulu umumnya adalah para perantau yang menggunakan laut sebagai media transportasinya.
Bangunan-bangunan dengan gaya Arsitektur Cina yang mereka hadirkan, menampilkan sesuatu yang khas dengan bentuk dan nuansa yang mempunyai ciri Arsitektur tersendiri. Adanya ragam hias (ornamen) dan warna-warna yang digunakan dalam bangunan mengandung makna dan maksud tertentu.
Arsitektur Khas Oriental yang berasal dari daratan Cina yang pada dasarnya adalah Arsitektur Tradisional berornamen atau berhias. Hiasan tersebut bisa berada di dinding, pintu dan jendela dan lain-lain yang didasarkan pada mitos dan kepercayaan bangsa Tionghoa, dengan berbagai ragam ornamen mulai dari ragam geometris, motif tanaman, motif hewan bahkan sampai dengan legenda-legenda, dengan warna-warna khas yang tampil.
Hal ini tentu saja memberi makna dan arti tersendiri bagi kehidupan masyarakat Tionghoa dengan kebudayaannya, yang sudah menyebar ke berbagai pelosok negara, dan yang pasti akan memberi kontribusi pada khasanah Arsitektur dunia.
Bangunan-bangunan Cina selalu diselaraskan dengan alam dan tata nilai kehidupan masyarakat selalu dimuati dengan simbolisasi yang arahnya menuju keselarasan kehidupan dalam lingkungan alam semesta. Simbolisasi bangunan Cina yang diselaraskan dengan alam dan tata nilai kehidupan ini muncul dalam bentuk simbol-simbol yang mengkaitkan dengan isi dari kehidupan dan alam itu sendiri antara lain: hewan (fauna), tumbuhan (flora), fenomena (kejadian) alam, legenda (cerita kehidupan) terkenal, dll.
Simbolisasi yang demikian merupakan simbolisasi fisik yang dapat dilihat dalam bentuk ornamen, arca, lukisan, motif-motif relief, warna-warna, dsb, dengan arti dan makna yang beraneka ragam. Simbol fisik ini terlihat langsung pada bangunan Cina baik Klenteng, rumah tinggal, atau bangunan yang lain dan berada di eksterior bangunan maupun interior bangunan.
Keberadaan simbol-simbol Cina ini memiliki arti atau makna yang tersendiri. Simbol-simbol ini dapat berupa hewan, bunga, tumbuhan, buah ataupun dewa dan semuanya itu menjadi perlambangan Cina yang melambangkan nasib baik. Simbol tersebut biasanya diterapkan pada lukisan, tirai, pahatan, ukiran, keramik, dan jenis benda lainnya.
Pada bangunan vihara, simbo-simbol Cina ini banyak sekali ditemukan, baik itu simbol yang berupa hewan, bunga, buah, ataupun tumbuhan. Inilah beberapa jenis simbol yang banyak terdapat pada bangunan vihara:
1. Simbol hewan
a. Naga
Bagi masyarakat Cina, naga merupakan hewan yang paling populer dan sering digunakan dalam ornamen. Hal ini dikarenakan masyarakat Cina percaya bahwa hewan ini memiliki tenaga yang berubah-ubah dan sangat berkuasa. Naga merupakan lambang dari kebijaksanaan, kekuatan, keberanian, kebaikan, dan keberuntungan.
b. Singa
Singa melambangkan keadilan dan kejujuran hati, namun bentuk singa lebih menyerupai anjing Peking. Singa banyak diwujudkan dalam bentuk arca batu, dan biasanya sepasang yaitu jantan dan betina.
c. Burung hong
Masyarakat Cina menganggap burung Hong merupakan burung gaib, dimana burung Hong ini merupakan rajanya burung. Burung Hong melambangkan keindahan dan kedamaian, sebab burung Hong menjaga arah atas (langit).
d. Gajah
Bagi masyarakat Cina, gajah merupakan makhluk kuat yang berenergi tinggi. Gajah melambangkan kelembutan, kelincahan, kesetiaan, kebijaksanaan, dan kekuatan.
e. Kelelawar
Bagi masyarakat Cina, binatang kelelawar melambangkan rezeki atau berkah serta kebahagiaan dan panjang umur. Kelelawar seringkali dalam rupa yang penuh ornamen, sehingga mirip sekali dengan seekor kupu-kupu. Sayapnya digambarkan melengkung dan seringkali diberi warna merah.
f. Qilin
Qilin yang merupakan hewan mistik bagi masyarakat Cina ini melambangkan nasib baik, kebesaran hati, panjang umur, keberuntungan, serta kebijaksanaan. Hewan ini sering digambarkan memiliki kepala naga berbadan rusa, mempunyai surai dan ekor mirip harimau.
g. Menjangan
Menjangan merupakan hewan yang dianggap sebagai lambang kesuksesan dalam pangkat. Selain naga hijau dan macan putih, burung bangau dan menjangan digambarkan selalu berpasangan.
h. Harimau
Harimau merupakan pimpinan tertinggi dewa binatang dalam kebudayaan Cina, dan merupakan lambang dari keagungan, kemuliaan, keberanian dan kekuatan. Harimau merupakan pelindung arah barat (lambang musim gugur), harimau dianggap sebagai dewa pelindung anak-anak. Para orang tua percaya hariamu mampu melindungi anak-anak mereka dari roh jahat.
i. Burung bangau
Burung bangau merupakan lambang umum dari panjang umur dan sering kali digambarkan di bawah pohon pinus, sebagai simbol kehidupan. Burung bangau dipercaya mempunyai sifat mistis. Makhluk ini merupakan salah satu makhluk yang mampu hidup lama.
2. Simbol tumbuhan
a. Bunga Peoni
Bunga peoni ini melambangkan kasih, perhatian, dan keteguhan hati. Bunga peoni ini biasanya digunakan pada dinding dan partisipasi.
b. Bunga Teratai
Bunga ini melambangkan kesuburan, kesucian dan juga hasil yang baik. Simbol bunga teratai ini umumnya digunakan pada kolam, altar, dan alas duduk para dewa Budha.
c. Pohon cemara, bambu, beringin, dan sakura
Keempat jenis tanaman ini melambangkan “empat sifat kebijaksanaan”. Keempat tanaman ini memiliki ketahanan akan cuaca pada segala musim sehingga disebut sebagai Ban Jien Djing, yang berarti muda sepanjang tahun. Tanaman-tanaman tersebut melambangkan panjang umur, kebajikan, dan kesabaran.
Referensi:
Evelyn Lip, Feng Shui for the Home, Singapore 1992.
Liang, Ssu – Ch’eng, A Pictorical History Of Chinese Architecture, 1901.
Ahmadi, Rulam. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Budiono, H. 1984. Simbolisme Dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: Hanindita.
Liang, Ssu – Ch’eng, A Pictorical History Of Chinese Architecture, 1901.
Ahmadi, Rulam. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Budiono, H. 1984. Simbolisme Dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: Hanindita.
Komentar
Posting Komentar