Pengertian parasit, nama penyakit, dan bentuknya

Pengertian dan penjelasan parasit
Kata “parasit” berasal dari bahasa Yunani yaitu para yang bermakna di samping dan sitos yang berarti makanan. Berdasarkan makna tersebut, maka parasit adalah organisme yang kebutuhan makannya baik dalam seluruh daur hidupnya atau sebagian dari daur hidupnya bergantung pada organisme lain. Organisme yang memberikan makanan pada parasit disebut sebagai inang atau inang.

Cabang ilmu Biologi yang mempelajari tentang organisme parasit disebut Parasitologi. Pada dasarnya, Parasitologi merupakan pengembangan khusus atau cabang khusus dari ilmu Biologi yang disebut ekologi. Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara faktor biotik (makhluk hidup) dengan faktor abiotik (tidak hidup, seperti tanah, air, batu dan lainnya). Mengapa demikian?

Salah satu kaidah Ekologi yang senantiasa terkait dengan parasit adalah kemampuan penyebarannya (distribusi). Ke luar dari tubuh inang yang di infeksinya atau disebut sebagai penyebaran, sangat diperlukan oleh organisme parasit karena merupakan usaha untuk melestarikan keturunannya, melalui upaya menemukan dan menginfeksi inang. Dalam hal menemukan dan menginfeksi inang, inangnya dapat berasal dari jenis yang sama atau
berbeda.

Dengan demikian, maka parasit atau tahap hidup bebas parasit akan dihadapkan pada masalah yang berbeda harus ke luar dari tubuh inang yang semula diinfeksinya. Antara lain: dalam menghadapi kondisi lingkungan luar yang sama sekali berbeda dengan saat dia mendiami (memparasiti) inangnya. Kondisi lingkungan ini sangat tidak ramah, sehingga peluang organisme parasit dalam menemukan dan menginfeksi inang sangat rendah. Akibat selanjutnya, adalah tingkat kelulushidupan parasit juga rendah. Dengan demikian, parasit harus mengembangkan suatu cara (strategi) agar tingkat kelulushidupannya menjadi tinggi. Tingkat kelulushidupan yang tinggi menjadi jaminan bagi kelestarian keturunannya.

Ada 2 jenis lingkungan yang harus dipertimbangkan parasit agar tingkat kelulushidupan parasit menjadi tinggi. Hal yang pertama, adalah lingkungan mikro dan kedua adalah lingkungan makro. Lingkungan mikro adalah kondisi pada dan atau di dalam tubuh inang yang merupakan habitat bagi parasit, dan lingkungan makro berupa kondisi di luar tubuh inang yang merupakan habitat bagi inang.

Di dalam lingkungan mikro, parasit harus mampu melakukan adaptasi terlebih dahulu dengan mengatasi atau menghindari reaksi inang yang mencoba melawan dan menghancurkannya. Lingkungan mikro ini dapat berupa lapisan terluar dari sel inang (membran sel inang) atau di luar sel inang atau juga di dalam cairan tubuh ataupun di dalam suatu matriks yang merupakan bahan penyusun jaringan dan organ inang. Parasit yang tinggal sementara atau menetap pada lapisan terluar dari sel inang (membran sel inang) disebut sebagai parasit intraseluler. Pada umumnya, parasit intraseluler berukuran tubuh sangat kecil (mikroskopis) dan ukurannya lebih dibatasi oleh ukuran sel inang. Berbeda dengan parasit intraseluler, parasit ektraseluler yang tinggal sementara atau menetap di luar sel inang atau juga di dalam cairan tubuh ataupun di dalam suatu matriks yang merupakan bahan penyusun jaringan dan organ inang, mempunyai ukuran tubuh berkisar dari ukuran mikroskopis sampai makroskopis.

Adaptasi terhadap lingkungan mikro dan makro, menunjukkan bahwa organisme parasit mempunyai kisaran parasitisme yang beragam. Parasitisme adalah hubungan majemuk antara parasit dengan satu atau lebih inang dan lingkungannya. Hubungan majemuk ini menyebabkan suatu parasit disebut sebagai parasit obligat, parasit temporer, parasit fakultatif, dan parasit adaptif.

Parasit obligat adalah organisme yang seluruh atau sebagian besar daur hidupnya bersifat parasitis. Parasit temporer merupakan organisme yang parasitis untuk periode waktu tertentu, baik pada periode waktu makan atau reproduksi. Parasit fakultatif yaitu organisme yang normalnya tidak bersifat parasitis namun secara kebetulan dapat menjadi parasitis dalam organisme lain dalam waktu terbatas. Parasit adaptif adalah organisme yang mempunyai kemampuan hidup baik sebagai tahap hidup bebas atau sebagai organisme parasitis.


Hidup parasitis harus dibedakan dari hidup predatorisme (pemangsaan), dengan kata lain parasitisme itu berbeda dari pemangsaan. Pemangsaan adalah perbuatan yang selain berakibat merugikan juga menimbulkan kerusakan pada pihak lain secara langsung, bahkan dapat sampai berakibat matinya organisme lain. Dalam dunia hewan, juga dikenal pemangsaan yaitu hewan predator, yang menyerang hewan jenis lain untuk mendapatkan makanan secara paksa. Sebagai contoh, harimau mempredasi kijang berupa pembunuhan, burung mencuri telur penyu, laba-laba menangkap dan mengisap darah lalat, dan lain sebagainya. Jadi, ada perbedaan nyata antara prinsip hidup hewan predator dengan hewan parasit.

Predator membuat mangsanya tidak berdaya, bahkan sampai membunuh korbannya. Meskipun demikian, di alam terlihat jelas bahwa predator-predator yang berupa binatang buas itu tidak serakah, karena mereka tidak mau membunuh tanpa batas, atau membunuh asal membunuh. Binatang-binatang buas itu berburu untuk mendapat makan secukupnya saja dan masih mengingat akan hari
esok.

Prinsip hidup suatu parasit nampaknya lebih moderat. Demi untuk kelangsungan hidupnya maka parasit-parasit tidak berbuat yang menyebabkan matinya organisme yang ditumpanginya, sebab jika organisme yang ditumpanginya mati maka parasit yang bersangkutan pun ikut mati. Rupanya parasitpun bersemboyan “jangan membunuh ayam agar mendapat telurnya”, artinya jangan membunuh inang agar terjamin kelangsungan hidupnya. Jadi, ditinjau dari segi hubungan antara pemangsa dengan korbannya dan parasit dengan inangnya, tampak bahwa parasit lebih cerdik, karena di samping mendapat makanan dari inang, parasit sekaligus memperoleh perumahan dan pengangkutan secara gratis (free home and free ride).

Berdasarkan uraian di atas maka kita telah mengenal organisme yang hidup mandiri dan yang hidup sebagai parasit. Tidak ada satu organisme pun yang dapat mempertahankan kelulushidupannya dan kelangsungan hidupnya tanpa adanya hubungan timbal balik dengan organisme lainnya. Dalam hidup mandiri, walau kecil sekalipun, juga membutuhkan adanya organisme lain. Hidup parasitis tidak berdiri terpisah dari bentuk-bentuk kehidupan lain yang ada.

Oleh karena itu, hidup parasitis mengenal bentuk-bentuk kehidupan perantaraan.  Sebagai contoh tentang adanya bentuk kehidupan peralihan itu adalah sebagai berikut: lalat jenis tertentu semula berbiak dengan meletakkan telurnya dalam luka yang membusuk. Larva yang kemudian menetas dari telur yang diletakkan dalam luka itu dapat disebut parasit, sedang larva yang berasal dari lalat sama jenis dan yang terjadi di dalam bangkai itu bukan parasit.

Beda antara parasit dan hewan karnivora (pemakan daging) hanya dalam suatu hal adalah tingkatannya, demikian pula beda antara hidup parasitis dan hubungan hidup manusia per individu dengan manusia lainnya juga dalam hal tingkatannya. Karnivora biasanya lebih besar dan lebih kuat daripada korbannya, sedang parasit biasanya jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan inangnya. Oleh karena itu, beda antara karnivora dan parasit itu, sebenarnya hanya dalam hal ukuran jatah yang diperoleh dari korbannya atau inangnya.

Penyakit parasitis
Penyakit parasitis adalah penyakit yang timbul sebagai akibat adanya serangan hewan parasit (zooparasit). Pemberian namanya disesuaikan dengan nama dari genus parasit yang bersangkutan, ditambah akhiran asis. Sebagai contoh:

1. "Ascariasis" untuk nama penyakit yang disebabkan oleh cacing Ascaris
sp., misalnya oleh Ascaris lumbricoides.
2. "Enterobiasis" untuk nama penyakit yang disebabkan oleh cacing
Enterobius sp., misalnya oleh Enterobius vermicularis.
3. "Taeniasis" untuk nama penyakit yang disebabkan oleh cacing Taenia
sp., misalnya oleh Taenia saginata.

Dalam ilmu parasit, taksonomi dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu yang mencakup masalah identifikasi dan tata nama berbagai hewan yang hidupnya bersifat parasitis.

Hampir semua filum dalam dunia hewan mengandung bentuk-bentuk parasit walaupun sebagian besar hidup mandiri. Filum Echinodermata mungkin satu-satunya yang tidak mengandung bentuk parasitis, sedang filum Porifera, Coelenterata, Mollusca, dan Vertebrata, masing-masing hanya mengandung beberapa jenis bentuk parasit. Hewan-hewan parasit yang penting, terutama terdapat di antara filum Protozoa, Platyhelmines (klasis Cestoda dan Trematoda), filum Nemathelmines, dan Arthropoda (klasis Insecta dan Arachnida).

Dengan demikian, morfologi masing-masing jenis parasit dengan sendirinya akan berbeda tergantung pada jenis (spesies) parasit yang bersangkutan, yaitu termasuk filum atau klasis yang mana.

Bentuk parasit
Kebanyakan parasit yang teradaptasi dalam bagian-bagian tertentu tubuh inang disebut endoparasit, sedangkan parasit yang tinggal pada bagianbagian permukaan tubuh inang disebut ektoparasit.

Setiap macam jaringan atau setiap alat tubuh vertebrata merupakan tempat berparasitnya jenis parasit tertentu. Misalnya: Plasmodium, Babesia, Theileria yang hidup pada sel darah merah. Namun, Toxoplasma gondii mungkin merupakan satu-satunya jenis parasit yang dapat hidup dalam segala
macam jaringan tubuh, kecuali sel darah merah. Hidup parasitis yang seperti itu masih tergolong bentuk-bentuk parasitisme yang normal atau wajar.

1. Superparasitisme
Superparasitisme, yaitu parasit yang berparasit pada parasit lain. Contoh: Cotylurus flabelliformis adalah cacing daun bentuk primitif yang berparasit dalam usus halus itik. Sebagai stadium serkaria parasit-parasit tersebut dapat ditemukan dalam stadium sporokista atau redia dari Trematoda lain yang hidup sebagai parasit dalam siput air tawar Planorbis sp. Jadi, parasit C. flabelliformis muda berparasit pada parasit lain (stadium sporokista atau redia Trematoda) yang berparasit pada siput Planorbis sp.

2. Hiperparasitisme
Hiperparasitisme, yaitu kondisi berupa infestasi oleh parasit yang jumlahnya kelewat batas. Di sini satu individu inang ditempati parasit dari satu jenis yang jumlahnya jauh lebih besar dari biasanya. Contoh, seekor ayam muda berumur 4 bulan menderita infestasi cacing Ascaridia galli yang berjumlah sekitar 1.000 ekor, dapat disebut kasus hiperparasitisme.

3. Poliparasitisme (Multiparasitisme)
Poliparasitisme, yaitu kondisi berupa infestasi oleh bermacam-macam jenis parasit dalam satu individu (inang). Contoh, di Indonesia poliparasitisme pada manusia biasanya disebabkan oleh malaria, skistosomiasis, filariasis dan cacing-cacing gastrointestinal. Di negara Afrika, biasanya oleh malaria, skistosomiasis, filariasis, trypanosomiasis dan leishmaniasis. Pada hewan ternak disebabkan oleh tripanosomiasis, anaplasmosis, babesiosis, koksidiosis, fassioliasis, theileriasis dan cacingcacing gastrointestinal.  Di samping itu, terdapat pula bentuk-bentuk parasitisme yang istimewa, yaitu sebagai superparasitisme, hiperparasitisme, dan poliparasitisme.


Referensi:

Bintari, R., Hoedojo, N.S. Djakaria, S.D. Soeprihatin, S.S. Margono, S. Oemijati, S. Gandahusada, W. Pribadi. (1982). Dasar Parasitologi Klinis. Terjemahan dari Basic Clinical Parasitology by Harold W.
Brown. (1975). Jakarta: Gramedia.
Gandahusada. S. Pribadi. W dan D.I. Herry. (1988). Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Komentar